Kamis, 17 Maret 2016

Sejarah Misi Ke Tanah Karo SAmpai Penginjilan ke Desa Salit Simalem


Nama              : Jhoni Pranata Purba
Tingkat/ Jur   : III.B
M. Kuliah       : Misiologi I
Dosen              : Pdt. Sada Kata Gintings, M. Th
SEJARAH  MISI KE TANAH KARO SAMPAI PENJILAN KE DESA SALIT SIMALEM KECAMATAN TIGAPANAH
I.                   Pendahuluan
Semua gereja di dunia ini adalah hasil dari misi atau pekabaran Injil. Dan semua gereja memiliki latar belakang sehingga berdirinya suatu persekutuan kudus di daerahnya. Misi pekabaran Injil sering dituliskan dalam sebuah studi sejarah gereja. Begitu jugalah yang terjadi di Tanah Karo semalem yang terletak di dataran tinggi Sumatra Utara. Tidak hanya di Tanah Karo tetapi hasil dari pekabaran Injil juga sudah sampai kepada desa di Tanah Karo oleh para pendeta setempat. Maka pada kesempatan ini saya akan mencoba untuk memaparkan sejarah misi ke Tanah Karo dan GBKP sehingga sampai di Desa SALIT SIMALEM Kec TIGAPANAH.
II.                Pembahasan
2.1.Letak Geografis Tanah Karo
Kabupaten Karo adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. ibu kota kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan , ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut, Tanah Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17° C.
Di dataran tinggi Karo ini bisa ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berciri khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak dan berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti kata Sibayak adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang suku Karo.
NZG yaitu sebuah misi yang dilakukan di tanah Batak Karo.Suku Karo waktu Injil masuk dibagi dalam lima kerajaan yaitu Lingga, Sarinembah, Barus Jahe, Suka, Kutabuluh, dan dalam lima rumpun marga Karo. Yaitu Per-angin-angin, Karo-karo, Ginting, Sembiring dan Tarigan. Dalam bidang kepercayaan, suku Karo kenal beberapa macam begu (yaitu tendinya (rohnya orang meninggal), makhluk-makhluk halus (umang dan jangak), kekuatan sakti dari jimat (tangkal, tunggal panaluan) dan mantra-mantra (tabas). Pada zaman ini suku Karo banyak mengikuti acara ritual seperti: minta hari hujan, memberikan persembahan ke air, bertanya soal hari baik, berdukun, penjaga rumah oleh begu ganjang, buat tangkal untuk diri sendiri, dan pelaris. Sebagai catatan terakhir perlu  di sebut bahwa dalam masyarakat Karo asli, kedudukan wanita jauh lebih rendah dari laki-laki, dan seorang istri harus bekerja keras, tidak hanya melayani suaminya tetapi juga di ladang dan sawah. Demikianlah situasi Injil dan pemerintah Belanda masuk ke Tanah Tinggi Karo pada permulaan abad ke-20[1]
2.2.NZG (Lembaga Misi Belanda)
Zending adalah suatu gerakan kekristenan yang sebagian besar berlangsung dalam lingkungan kecil dan yang hina. Lahirnya bukan dari suatu pandangan luas melainkan dari iman yang sederhana dari cinta kasih  terhadapsesama manusia dan  pengenalan akan Kristus. Hal-hal ini dalam kesederhanaanya telah mengemban dan melahirkan satu pekerjaan yang meliputi seluruh dunia.Badan zending RMG dan NZG adalah buah dari olah pikir dari sederhana.Sejarah lahirnya badan zending ini tidak terlepas dari berbagai pergumulan dan konteks dimana iman dan penginjilan berada pada aras pembaharuan. NZG adalah suatu lembaga zendeling yang dipanggil oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaan pekabaran injil, NZG didirikan oleh sekelompok orang pada tahun 1797 di Kota perdagangan Roterdam. Mereka di dorong oleh kejadian-kejadian di Inggris (baptis missionary society 1792, London missionaries society 1795) dan oleh contoh orang Herrnhut di Nederland sendiri yang telah mendirikan lembaga PI pada tahun 1793.
Wawasan teologi NZG di dominasi oleh corak teologi yang heterogen  (tidak seragam) ada yang menganut tradisi ortodok, ada yang memilihara hubungan jemaat Herrnhut atau dengan revival di Inggris ada pula yang sedikit banyak adalah mengalami pengaruh pencerahan.[2]Mereka sanggup bertindak bersama karena mereka mementingkan pengalaman iman Kristen dalam kasih dan kesaksian.Keanggotaan NZG terbuka bagi warga gereja-gereja lain. Cukuplah kalau baik anggota maupun utusan NZG berpegang pada PL dan PB sebagai dasar dari mana diperoleh pengetahuan akan kebenaran dan sebagai satu-satunya aturan untuk iman dan jalan hidup, serta pada ke-12 pasal Iman Kristen tulisan pada materai NZG berbunyi “ Damai oleh Darah Salib”. Hanya dengan ada pembatasan itu, NZG bisa menarik anggota dari berbagai gereja.Pandangan mereka boleh berbeda-beda, tetapi mereka dipersatukan oleh tujuan bersama, yaitu pekabaran Injil kepada orang-orang kafir.Namun, di kemudian hari ternyata kesatuan yang demikian tidak cukup kokoh.
Badan Zending ini terdiri dari beberapa jenis anggota.Ada anggota biasa dan anggota pekerja dan juga anggota pengurus yang dipilih dari anggota pekerja.Badan Zending inidalam proses perkembangannya mengalami dinamika perubahan. Bagian sejarah Zending yang hendak diuraikan dalam karya ini berlangsng dari masa menjelang tahun 1900-1942.Yang menjadikan Zending sebagai tugas gereja sendiri yang terjadi di negeri Belanda.Berbagai peristiwa yang terjadi di Belanda membuka zaman baru bagi Zending.Sejarah kolonial pada masa itu di tandai dengan munculnya pendapat-pendapat baru mengenai tugas kolonial negeri Belanda. Maka sejarah Zending tidak terkait lagi dengan sejarah gereja Belanda dalam arti bahwa pertikaian antara gereja dan antar aliran dalam gereja Belanda tidak lagi menentukan hal Ikwal  sejarah Zending.Perhatian mulai ditujukan kepada sudut pandang Hindia-Belanda.Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah kebijaksanaan Zending lebih ditentukan oleh kebijaksanaan zending itu sendiri.[3]
2.3.Latar Belakang Misi di Tanah Karo
Usaha Pegabaran Injil (PI) di prakarsai seorang anggota jemaat itulah J. Th. Cremer mantan Direktur Maskapai Deli (1873-1884) yang menjadi anggota parlemen Belanda rendah pada waktu itu.Cremer mengetahui banyak tentang suku Karo, terutama dari peristiwa “perang sunggal” tahun 1972-1885.Banyak orang Karo, tidak ketinggalan dari gunung ikut terlibat menentang pengembangan perkebunan tembakau.Jadi dapat dikatakan bahwa permulaan usaha PI ke daerah Karo, bukannya muncul karena sesuatu tugas rohani.Usaha itu dimulai oleh karena permohonan J. Th. Cremers, seorang pemimpin perkebunan yang telah dibuka di daerah Sumatera Timur.Beliau berpendapat, bahwa jalan yang paling baik supaya penduduk asli di daerah ini jangan menentang dan menganggu usaha perkebunan, ialah mengabarkan Injil dan meng-kristen-kan mereka itu.Perkebunan benar-benar pusing menghadapai tantangan dari masyarakat Karo.Pada malam hari masyarakat Karo membakar kebun tembakau mereka, lalu pada siang hari mereka bekerja untuk jadi mata-mata. Banyak sekali kerugian bagi perkebunan, dari keadaan ini  Cremer meminta  Nederlands Zendelingenootschap (NZG) untuk membuka penginjilan di daerah Sumatera Timur, dengan biaya yang di bebankan kepada maskapai itu. Permintaan itu dan perjanjian itu diterima oleh NZG dan dilaksanakan sampai dengan 1930.[4]
Agar kita dapat menatap perjalanan sejarah PI di tengah-tengan suku Karo, jadi uraian dibagi menjadi 4 sejarah yaitu:
a.       Fase Penanaman tahun 1890-1900
Tanggal 18 April 1890, tibalah PI yang pertama yakni H.C. Kruyt dari Tomohon (Minahasa). Tahun berikutnya  dia menjemput  sebagai pembantunya empat orang guru Injil, yaitu: B. Wenas, J. Pinotoan, R. Tampenawas dan H. Pesik. Mereka tinggal di kampung Buluhawar di daerah Deli Hulu.Situasi politik di sini tidak membawa keuntungan bagi PI. Di dalam hati orang Karomarah  kepada pemerintahan Belanda yang mengambil tanah yang sudah diusahakan untuk dijadikan perkebunan tembakau. Apa pun yang dilakukan Zending dianggap suku Karo penyebaran agama Belanda, agama penjajah. Kedatangan PI menjadi ancaman kepada warisan politik dan kebudayaan Karo.Bila membicarakan karena Yesus Kristus ini juga menjadi tantangan bagi suku Karo karena nilai-nilai kepercayaan mereka tentang begu dari nenek moyang dulu yang telah mendarah daging bagi masyarakat Karo.H. C. Kruyt memulai misinya dengan menggunakan percakapan dan pendekatan terhadap suku Karo dalam setiap kehidupan mereka.Dia belajar bahasa Karo, budaya Karo dan kepercayaan suku Karo.Dibuka Cremer poliklinik di rumah Pendeta, dibuat hubungan baik kepada penghulu kampung dan dibuka sekolah dan mengutus 4 orang guru dari minahasa.Pertolongan dari 4 guru ini yaitu B. Wenas, J. Pinotoan, R. Tampenawas dan H. Pesik bantuan dari ke empat guru ini membuka sekolah yang banyak memberikan keuntungan, diluar dari PI, mereka melakukan pendekatan dengan cara datang kerumah-rumah, ke ladang-ladang penduduk, ke Jambur dan ke tempat pertemuan suku Karo.  Dua tahun kemudian H.C.Kruyt, yang pulang ke negerinya tanpa membaptiskan seorangpun  dari suku Karo, diganti oleh Pendeta J.K Wijngaarden.
Tetapi karena di serang penyakit dysentri, pendeta itu meninggal pada tanggal 21-9-1894 dan dikuburkan Jl. Pemuda, Medan. Pendeta inilah yang melakukan pembaptisan pertama terhadap beberapa orang dari suku Karo, pada tanggal 20-8-1893, sebanyak 6 orang, yakni: Sampe, Ngurupi (istri Sampe), Pengharapen dan Nuh (Anak Sampe), dan Tala dan Tabar (saudara Sampe). Sebelum di gantikan yang meneruskan pelayanan adalah Nora Sue ini adalah  permintaan oleh Pendeta Wijngaardensebelum suami Nora Sue untuk menggantikan melayani.  Setelah  itu digantikan oleh oleh Pendeta Joustra, yang menterjemahkan 104 ceritera Alkitab dari PL dan PB ke dalam bahasa Karo. Semakin kelihatan hasil dari pelayanan, pada tanggal 6 Desember 1896 di baptis 3 orang.Dan di dalam catatan pada tahun 1900 ada 25 orang Kristen yang telah di baptis.[5]
b.      Masa Pengembangan 1900-1940
Kedatangan pendeta J.H. Neumen (1900-1942), Pdt. Van den Berg (1903-1935.Dan G. Smith (1905-1921) ahli pendidikan.  Alkitab di terjemahkan ke dalam bahasa Karo, di banguan Rumah Sakit, di buat sekolah-sekolah, di buat bimbingan pertanian untuk bercocok tanam sayur-sayuran dan bunga-bunga di dataran tinggi, seperti kelapa, pisang dan buah pinang di dataran rendah.  Untuk mempromosikan hasil dari pertanian di buat “ Tiga” yaitu pasar di tanah Karo senin: Tiga Kabenjahe, Selasa: Tiga Binanga, Rabu: Tiga Kerenda/ Sardolok, Kamis: Tiganderket, Jumat: Tiga Sibolangit, Sabtu: Tiga Berastagi. Adat istiadat, kamus bahasa Karo di susun, dan kepercayaan dulu di terangi oleh Firman Tuhan.
c.       Fase Krisis dalam permasalahan (1941-1965)
Gereja berkembang dan masa paling sulit pada saat penduduk Jepang dan perjuangan kemerdekaan.Jemaat GBKP mengalami tindakan kekerasan di jaman tersebut, tetapi orang Kristen cukup setia di dalam mempertahankan imannya, berserah kepada Tuhan.Jepang melakukan tindakan dengan cara:
1.      Membuat semua golongan intelektual Indonesia dengan tujuan agar dengan mudah menguasai rakyat Indonesia.
2.      Orang Kristen umunya dicurigai dan di fitnah selaku tangan kaki belanda karena pada masa itu banyak tulisan dalam bahasa Belanda, sehinga mudah untuk di tuduh sebagai kaki tangan Belanda.
3.      Adanya larangan berkumpul dan berapat yang juga di kenakan kepada perhimpunan ibadah orang Kristen.
4.      Melarang adanya kegiatan-kegiatan PI di daerah-daerah.
5.      Tindakan menindas dan mematikan gereja terasa dalam berbagai bentuk.
6.      Pergumulan teologi yang dirasakan umat Kristen.
7.      Pengetahuan sekolah dimana waktu itu sekolah-sekolah Kristen di ambil alih dan dijadikan sekolah negeri, pengajaran agama dan kebaktian di sekolah dilarang.

d.      Fase peningkatan, Pemantapan dan pengabdian.
Terjadi pembaptisan masal karena peristiwa G 30 S PKI dan disusul jatuhnya orde lama, yang membuat pemerintah agar setiap orang harus memiliki agama sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.Oleh sebab perintah pemerintah ini, banyak suku Karo kembali ke GBKP.GBKP di pilih oleh pemerintah mengingat pelayanan dari sekolah dan pelayanan sosialnya.Dari sini tugas untuk PI semakin berkembang, yang sudah menjadi Kristen dan gereja di GBKP mengajak saudarnya lagi.Adat istiadat di pakai jadi alat untuk PI disini perkembangan jemaat di GBKP sangat pesat.[6]
2.4. Metode Misi NZG di Tanah Karo
Pada tanggal 20 Maret 1602 Perusahaan Belanda yang memiliki monopolo pemerintahan Belanda berbentuk VOC atau disebut juga kongsi dagang Hindia Timur dan sering disebut Kedatangan Pdt. J.H Neumen pada tahun 1900 membawa pengharapan dan lembaran baru bagi sejarah PI di daerah Karo. Dia membuka dan tinggal di pos PI yang baru di Sibolangit.Beliau inilah yang menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Karo, dan juga mengarang beberapa buku kerohanian dalam bahasa Karo.Bukan saja dalam lapangan kerohanian, tetapi juga dalam bidang kesehatan, pertanian, perdagangan dan pendidikan beliau ini sangat menonjol sekali.Pada tahun 1903 telah datang pula Pdt. E.J. van den Berg yang kemudian pada tahun 1905 menetap di kabanjahe.Kedua mereka ini merupakan teman sekerja yang baik sekali, merekalah yang telah membuka Rumah Sakit Zending di Sibolangit dan di Kabenjahe, yaitu Rumah Sakit umum sekarang ini. Dengan bekerjasama dengan pihak Pemerintah, Pdt. E.J.v.d Berg telah membuka LeprosasiLausimomo, dan Pdt. Neumen aktif dalam pembukaan di daerah Deli Hulu. Berkat yang dilimpahkan Tuhan melalui mereka ini, ditambah lagi dengan kedatangan Tuan G. Smith pada tahun 1906.Di bawah pimpinannya dibuka pula Kweekschool di Berastagi, yang kemudian dipindahkan ke Raya.Kweekschool  di mulai tahun 1906 dengan maksud mendidik guru-guru sekolah yang bisa menggunakan sekolah sebagai landasan untuk mengabarkan Injil.[7]Tetapi rupanya anak-anak Karo tidak mau bersekolah secara teratur; mereka lebih suka bebas. Tujuan dari sekolah Guru itu ialah agar semua sekolah dipegang oleh Zending sehingga melalui sekolah-sekolah itu agama Kristen dapat disebarkan. Juga pihak perkebunan merasa kalau orang Karo dididik dan di Kristenkan, maka gangguan mereka terhadap perkebunan dapat dihindarkan.Dan pemerintahan Belanda juga memerlukan pegawai.Oleh karena itu perkebunan bersedia membiayai semua sekolah, dan sekolah guru itu juga.Tetapi rencana itu gagal, dan sekolah guru ditutuppada tahun 1920, sekolah ini terpaksa ditutup.[8]Pada waktu itu pulalah museum Karo didirikan disana.Kedua orang ini dalam melaksanakan PI  di tanah Karo tidak kelihatan aliran teologis tertentu, mereka menekankan di dalam khotbah-khotbahnya dan pengajaran agar orang Karo meninggalkan kepercayan kafir, meneriman Yesus Kristus, dan hidup sesuai dengan 10 hukum, sehingga kehidupan mereka kelihatan jelas sebagai orang Kristen yang jauh berbeda dari cara hidup kafir. Kepercayaan Kristen lain sekali dari kepercayaan kafir. Orang yang menerima Yesus Kristus harus keluar dari masyarakat Karo yang kafir dan masuk persektuan Kristen-Gereja dimana kehidupan mereka diawasi benar-benar, siasat Gereja dijalankan secara keras sekali, tetapi secara legalistis.Dengan demikian perbedaan antara anak-anak terang dan anaka-naka kegelapan amat menonjol.Dan rupanya pemisahan yang tajam dan keras ini merupakan salah satu sebab yang utama mengapa Gereja Karo bertumbuh agak pelan selama limapuluh tahun pertama.Pengakuan Iman rasuli dipergunakan dalam kebaktian, bersama dengan dengan 10 hukum dan Doa Bapa Kami.dalam pengajaran buku 104 ceritera Alkitab dan katekismus pendek dipergunakan, tetapi terutama dengan metode hafal saja. Jadi bagi para utusan Injil pada waktu itu, kesaksian cara hidup lebih menonjol dan dipentingkan dari pengertian dan pengajaran theologis.[9]Setelah menggambarkan dan membahs latar belakang gereja Karo untuk memahami dari mana datangnya dan bagaimana, serta mengapa GBKP berkembang sampai sekarang.

2.5. Sejarah Masuknya Injil ke Desa Salit
2.5.1.      Sejarah Berdirinya GBKP di Desa Salit
Sejarah masuknya Injil ke desa Salit didasari oleh kasih karunia yang datangnya dari Allah. Berdirinya gereja GBKP Salit pada tanggal 01 Oktober 1972. Yang membawa injil ke desa Salit adalah seorang guru agama bernama NAIMEN SEMBIRING dalam jemaat pemula dan di rumah saudara NDRUMI PURBA atau disebut (BP. Cole).
Yang menjadi jemaat pertama ada 6 (enam) rumah tangga tetapi semua sudah dibaptis. Nama-namanya ialah
·         Sampang Tarigan        (Satu keluarga)
·         Turin Tarigan                (Satu Keluarga)
·         Ganin Perangin-angin (Satu Keluarga)
·         Ndrumi Purba             (Satu Keluarga)
·         Ngerti Tarigan              (Satu Keluarga)
·         Nampe Sembiring       (Sada Keluarga)
Pada tahun 1973 dilakukanlah baptisan yang pertama, namun ada jemaat yang berasal dari desa Kuta-Kepar yang bersedia ikut menjadi jemaat di jemaat Salit. Nama-nama yang berasal dari desa Kuta Kepar yang ikut dibaptis adalah
1)      Likas Purba     (Sada Jabu)
2)      Riahta br Karo
3)      Mahdalena Ginting
Yang melakukan pembaptisan pada saat itu adalah Pendeta Ngutip. Namun di dalam jemaat belum ada penatua/Diaken untuk melayani jemaat, maka pada tahun 1974 ditahbiskanlah PT. Ngerti Tarigan di Runggun GBKP Suka, untuk bertugas mengembalakan jemaat-jemaat bersama dengan guru agama NEIMEN SEMBIRING dari GBKP Suka. Kemudian dilakukanlah katekisasi di Salit begitu juga di kutakepar, yang mengikuti pelajaran Katekisasi ada berjumlah 12 keluarga. Beginilah pemula Injil masuk ke desa Salit dan ibadah dilakukan di rumah Bp. Cole, atau di gilingan padi Ngerti Tarigan.
2.5.2.      Perkembangan GBKP Desa Salit
Pada tahun 1977 dilakukakan lah baptisan yang kedua, yang dilakukan di SD Inpres Kuta Kepar-Salit. Yang melakukukan baptisan ini dibawa oleh Pdt. Ngutip Surbakti anggota jemaat yang dibaptis yaitu 12 keluarga dan baptisan ini dilakukan di rumah Pt. Ngerti Tarigan. Keluarga yang dibaptis dari desa Salit adalah:
1)      Suara Purba
2)      Jamta Purba
3)      Aman Ginting
4)      Mimpin Sembiring
5)      Marim sembiring
Kebaktian tiap Minggu tetap dilakukan di SD Inpres Kuta Kepar-Salit. Namun semakin hari semakin banyak jemaat di Salit dan begitu juga di Kuta Kepar kemudian ditambahi lah tenaga Penatua/Diaken supaya dapat membina jemaat adapun Penatua dan Diaken yang terpilih adalah:
1)      Dk. Turin Tarigan (Salit)
2)      Dk. Suara Purba   (Salit)
3)      Pt. Ngerti Tarigan (Salit)
4)      Pt. Tengan Purba  (Kuta Kepar)
Semua Penatua/Diaken ini ditahbiskan pada tahun 1979. Karena anugerah Allah dan penyertaan Allah dalam setiap pekerjaan yang melayani gereja maka semakin hari semakin banyak lah jumlah jemaat gereja. Pada tahun 1980 dilakukan juga katekisasi yang dibawakan oleh Guru Agama Tima Ginting dan Pt Ngerti Tarigan dan yang melakukan pembaptisan yaitu Pdt Ngutip Surbakti.
Demikianlah perkembangan Jemaat GBKP Salit dan Kuta Kepar pada tahun-tahun pemula, dan perkembangan seterusnya maka kita mengeetahui bahwa jemaat semakin bertumbuh, itu semua karna Tuhan yang bekerja, jemaat di Salit terus berkembang dan jemaat di Kuta kepar pun semakin berkembang dan ditambahi juga tenaga pelayang yaitu Penatua dan Diaken
2.5.3.      KEGIATAN YANG TERLAKSANA
2.5.3.1.Pembanguna Gedung Gereja
Dalam kasih karunia Tuhan yang melimpah yang membawa jemaat semakin hari semakin bertambah di Salit dan Kuta kepar. Maka muncul niat jemaat Salit untuk mendirikan bangunan Gereja, maka dilakukanlah musyawarah dalam hal mengupayakan dana supaya pembangunan gereja ini dapat terlaksana. Maka kesepakatan yang diambil bahwa di ladang Pt. Tengan Purba menjadi tempat akan didirikan gereja. Dan pada Tanggal 03 Maret 1981 di tanah itu dilakukanlah pesta pengumpulan dana (lelang-lelang), untuk membantu pengumpulan dana. Setelah dana diperoleh maka didirikanlah gereja, dan dilakukan gotong-royong setiap kali pulang ibadah pada hari Minggu. Yang melayani jemaat pada saat itu adalah Pdt. Thomas Lebe Sembiring dan dibantu Jemmaat Desa Suka. 
Ibas tahun 1982 dilakukan baptisan di perpulunen GBKP Salit-Kutakepar, yang mengikuti sebanyak 40 orang orang yang mengajarinya adalah:
o   Pt. Ngeri Tarigan
o   Dk. Turin Tarigan
o   Dk. Suara Purba
Yang melakukan pembaptisan pada saat itu adalah Pdt. Naksir Ginting Suka di SD Inpres Kuta kepar-Salit. Setelah itulah kegiatan gotong-royong untuk membangun gereja berlanjut dan yang menjadi panitia pembangunan gereja adalah:
Ketua             : Marim Sembiring
Sektretaris       : Mekat Barus
Bendehara       : Bangsal Ginting
Dana yang diperoleh dari pengumpulan dana ini (lelang-lelang) yang pertama diambil dari hasil menanam jagung jemaat Salit-Kutakepar. Gereja dibangun dengan ukuran 8 x 12 m. Setelah didirikan gereja ini, masih ada kekurangan yang perlu dibenahi yaitu belum ada dinding gereja. Namun demikian dilakukan lah kebaktian di gereja yang belum memiliki dingding itu, namun tumbuhlah semangat dalam jemaat untuk menguasahakan dana lebih banyak lagi untuk menyelkesaikan pembangunan gereja ini. maka diambillah kesepakatan membawa barang-barang hasil dari ladang dan pekerjaan tanggan ke Medan dan dijual lah barang-barang ini kepada jemaat di GBKP Pasar II begitu juga kepada jemaat Pasar VII Medan. Adapun yang dibawa seperti Markisa, Cipera dan ayam. Setelah dana terkumpul maka didingdinglah geraja GBKP Kuta kepar-Salit.
2.5.3.2.PEMEKARAN JEMAAT
Pada tahun 1996 dilakukanlah pemekaran jemaat di tengah-tengah perpulungan, dimana anggota yang dari desa Kuta-kepar memiliki keinginan membangun gereja di Kuta Kepar dan anggota jemaat yang dari Salit juga memiliki cita-cita demikian.gedung gereja di Kuta-Kepar yang lebih dulu berdiri dan pengumpulan dana dilakukan dengan lelang-lelang.
Tanggal 12 Oktober 1997 dilakukan peletakan batu pertama dan pengumpulan dana untuk membangun gedung gereja di GBKP Salit. Setelah ada dana yang diperoleh maka didirikanlah gereja dngan ukuran 12 x 40 m. Dan pada tahun 1998 kebaktian Minggu dilakukan di gedung yang baru dibangun (sebelum bangunan itu selesai maka kebaktian dilakukan di KUD Salit).  Setelah mekar, maka jemaat dibuat menjadi dua nama yaitu jemaat GBKP Kuta Kepar dan Jemaat GBKP Salit, Runggun Suka Klasis Kabanjahe-Tigapanah, karena terjadi pemekaran klasis maka Runggun Suka masuk kedalam Klasis Kabanjahe-Tigapanah.
2.5.3.3.PEMEKARAN MENJADI SATU RUNGGUN
Di tahun 2002 diusulkan jemaat Salit menjadi satu Runggun (resot) karena jemaat sudah lebih dari 200 orang. Jadi setelah dilakukan sidang di Runggun GBKP Suka, permintaan menjadi Runggun diterima dan diteruskan ke tingkat Klasis.
Pada sidang Klasis Kabanjahe-Tigapanah di desa Sukanalu tanggal 21 Februari 2004 jemaat Salit diusulkan menjadi suatu Runggun, dan diterima menjadi calon Runggun. Tanggal 12 Juni 2004 sidang Klasis dilakukan di jemaat salit  dan diterima menjadi suatu Runggun yang baru.
Runggun Salit telah memiliki gedung geraja ukuran 8 x 15 m permanen, perpulungen Jabu-jabu ada 3 sektor. Penatua/Diaken yang melayani jemaat ada 8 orang ditambah 2 orang Emeritus. Namun gedung gereja belum belum selesai seutuhnya seperti yang telah digambarkan di gambar.
Perkembangan gereja Salit juga diikuti oleh lahirnya penginjil dari desa ini . Dan ada masuk Teologi yaitu:
1.      Pdt Natanael Tarigan S.Th
2.      Ev. Iskandar Purba (sekarang sudah Pendeta)
3.      Pdt. Ester Blandina Purba S.Th
4.      Pdt. Enda Ulin Tarigan S.Th
Dan semakin hari maka jemaat GBKP salit semakin mandiri dan hamba Tuhan terus bertambah dari Salit dan pembangunan gereja terus dilakukan dalam bertahap-tahap hal ini semua karena berkat dan anugerah yang besar dari Allah sehingga GBKP salit sampai Hari ini masi berdiri dengan baik.
2.5.4.      PENATUA/DIAKEN YANG MELAYANI JEMAAT SALIT TIAP-TIAP PERIODE
1.      Periode tahun 1974-1979
Penatua/Diaken yang melayani Jemaat adalahh: Pt. Ngerti Tarigan
2.      Periode tahun 1979-1984
Penatua/Diaken yang terpilih dan ditahbiskan yaitu:
a.       Pt. Ngerti Tarigan                   (Salit)
b.      Dk. Suara Purba                      (Salit)
c.       Dk. Turin Tarigan                    (Salit)
d.      Pt. Tengan Purba                     (Kuta Kepar)
3.      Periode Tahun 1984-1989
Penatua/Diaken yang terpilih adalah:
a.       Pt. Ngerti Tarigan                   (Salit)
b.      Dk. Suara Purba                      (Salit)
c.       Dk. Turin Tarigan                    (Salit)
d.      Pt. Tengan Purba                     (Kuta Kepar)
e.       Pt. Serasi Sembiring                (Kuta Kepar)
f.       Pt. Merkat Br Karo                 (Kuta Kepar)
g.      Pt. Jujuren Sembiring              (Kuta Kepar)
4.      Periode tahun 1989-1994
Penatua/Diaken Yang terpilih yaitu:
a.       Pt. Ngerti Tarigan                   (Salit)
b.      Dk. Suara Purba                      (Salit)
c.       Pt. Turin Tarigan                     (Salit)
d.      Pt. Tengan Purba                     (Kuta Kepar)
e.       Pt. Serasi Sembiring                (Kuta Kepar)
f.       Pt. Merkat Br Karo                 (Kuta Kepar)
g.      Pt. Jujuren Sembiring              (Kuta Kepar)
5.      Periode tahun 1994-1999 (Pemekaran)
Penatua/Diaken siterpilih adalah:
a.       Pt. Ngerti Tarigan                   (Salit)
b.      Dk. Suara Purba                      (Salit)
c.       Pt. Turin Tarigan                     (Salit)
d.      Dk. Suman Purba                    (Salit)
e.       Pt. Arnel Ginting                    (Salit)
f.       Pt. Tengan Purba                     (Kuta Kepar)
g.      Pt. Serasi Sembiring                (Kuta Kepar)
h.      Pt. Merkat Br Karo                 (Kuta Kepar)
i.        Pt. Ganin Perangin-angin        (Kuta Kepar)
6.      Periode Tahun 1999-2004 (Khusus perpulungen Salit)
Penatua/Diaken yang Terpilih:
a.       Pt. Ngerti Tarigan                   (Salit)
Diterima menjadi Penatua emiritus
b.      Dk. Suara Purba                      (Salit)
c.       Pt. Turin Tarigan                     (Salit)
d.      Dk. Suman Purba                    (Salit)
e.       Dk. Arnel Ginting                   (Salit)
f.       Pt. Merkat Br Karo                 (Salit)
7.      Periode Tahun 2004-2009 (Pemekaran Menjadi Runggun)
Penatua/Diaken yang Terpilih:
a.       Pt. Suara Purba                      
b.      Dk. Suman Purba                   
c.       Dk. Arnel Ginting                  
d.      Pt. Merkat Br Karo                
e.       Pt. Junaidi Sembiring
f.       Dk. Nursianna Br Tarigan
g.      Pt. Malem br Karo
h.      Pt. Em. Turin Tarigan (diterima menjadi Emiretus)
i.        Pt.Em.Ngerti Tarigan.

2.5.5.      BIOGRAFI (BUNGA RAMPAI) PENATUA/DIAKEN EMERITUS YANG MELAYANI RUNGGUN SALIT
1.      Pt. Em. Ngerti Tarigan
2.      Pt. Em. Turin Tarigan
3.      Pt. Suara Purba
4.      Pt. Merkat br Karo
5.      Pt. Suman Purba
6.      Dk. Arnel Ginting
7.      Pt. Malen br Karo
8.      Pt. Rosali br Sitepu
9.      Dk. Nursiana br Tarigan
10.  Dk. Junedi Sembiring
III.             Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat kita ambil adalah bahwa injil masuk ke Tanah Karo melalui usaha misi yang dilakukan oleh Lembaga misi Belanda yaitu NZG serta tidak ketinggalan dengan para zendeling yang bekerja dengan jerih payah dalam mengembangkan usaha pekabaran injil di Tanah Karo. Namun tantangan juga kerap sekali menghalangi zending untuk melakukan penginjilan, seperti pendekatan dengan kepala suku dan kebijakan kolonial. Namun seiring denga berjalannya waktu ternyata buah dari pekabaran Injil tersebut menghasilkan satu gereja yang mandiri yaitu gereja GBKP (Gereja Batak Karo Protestan). Setelah kemandirian gereja maka perkembangan gereja dilanjutkan dengan segera untuk dapat membawa orang Karo mengenal keselamatan. Akhirnya Injil juga sampai ke Desa Salit yang terletak di Kecamatan Tiga-Panah, Kabupaten Karo. Latar belakang berdirinyaa gereja GBKP Salit adalah penginjilan yang dilakukan oleh Naimer Sembiring kepada orang Desa Salit . seiring dengan berjalanya waktu perkembangananya pun dirasakan, dimana terbentuknya jemaat dengan bergabung dengan jemaat Kuta-Kepar. Akibat perkembangan yang semakin baik maka adanya usaha untuk mekar sehingga jemaat yang dari Salit juga harus mendirikan gerejanya dengan permanen. Kematangan Iman jemaat juga semakin terlihat akibat dari jerih payah pelayan Pt. Ngerti Tarigan, Pt. Suara Purba, dan Pt. Turin Tarigan sehingga jemaat semakin hari semakin banyak yang mau menyerahkan diri kepada Tuhan. Jemaat Salit pada saat itu masih menjadi bagian dari bagian Runggun Suka. Setelah jemaat semakin berkembang maka diusulkan pemekaran gereja dan GBKP RG Salit menjadi jemaat yang berkembang sampai saat ini juga. Semoga gereja Tuhan Ini semakin hari semakin diberkati dan semakin banyak menjaring jiwa-jiwa yang tersesat. Amin
IV.             Daftar Pustaka
 Adi S, Lukas.,  Smart Book Of Christianity,  Jogyakarta: Andi, 2012
Aritonang, Jan. S., Sejarah Pendidikan Kristen di Tanah Batak, Jakarta: BPK-GM, 1988
Berthalina, Rekaman Belajar Tingkat III/ Theologi, (Medan: STT Abdi Sabda, 2014
Butterfild,Jeremy.,English Dictonary, np: HarperCollins Publishers, 2001, p.
Graff Van Randwijck, S.C., Oegstgeest, Jakarta: BPK-GM, 1989
Moderamen Gereja Batak Karo., Sungkun-Sungkun Berita Simeriah, ( Kabanjahe: Moderamen, 2009
Rothlisberger, H.,  FirmanKu seperti Api, Jakarta: BPK-GM, 1965
Schreiner, Lothar,  Adat dan Injil, (Jakarta: BPK-GM, 2003
Team GBKP dan Staf Proyek Survey Menyeluruh D.G.I., Benih Bertumbuh  IV, Semarang: Satya Wacana, 1976   
Tim Penyusun Kamus, KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1997
Van den End ,Th. dan J. Weitjens Sj., Ragi Cerita 2, Jakarta: BPK-GM, 2012       
Van Den End, TH.,  Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 2011



[1]Team GBKP dan Staf Proyek Survey Menyeluruh D.G.I, Benih Bertumbuh  IV, (Semarang: Satya Wacana, 1976), 1-3          
[2] Th. Van den End dan J. Weitjens Sj, Ragi Cerita 2, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 19-20     
[3] S.C. Graff Van Randwijck, Oegstgeest, (Jakarta: BPK-GM, 1989), 3-4
[4] S.C. Graaf Van Randwicjck, Oegstgeest Kebijaksanaan Lembaga-Lembaga PI yang Bekerjasama, 511
[5] Dalam karangan oleh Pdt. A. Ginting Suka Mantan Ketua Moderamen Sinode GBKP terdapatlah pembahasan berikut: bila ditanya apa-apa yang menyebabkan Gereja Karo yang amat pelan sebelum Perang Dunia Kedua, dapat dikemukan dua sebab pokok. Yang pertama adalah karena kedatangan Injil dan Gereja bersamaan dengan Pemerintahan Kolonial Belanda menimbulkan suatu respon negatif dari orang Karo yang memandang kehadiran Belanda sebagai ancaman terhadap warisan politik dan kebudayaan Karo.Dan yang kedua, bagaimanapun Gereja dan semua usahanya dipimpin dan dikontrol oleh pihak asing, kebanyakan orang Belanda.Tidak sukar dimengerti mengapa orang Karo menganggap agama Kristen sebagai agama Belanda.Lih. Team GBKP dan Staf Proyek Survey Menyeluruh D.G.I, Benih Bertumbuh  IV, 5
[6] Moderamen Gereja Batak Karo, Sungkun-Sungkun Berita Simeriah, ( Kabanjahe: Moderamen, 2009), 8-13
[7]Kedatangan NZG ke tanah Karo berpengaruh juga dalam peningkatan pendidikan.Salah satu hal yang tampak jelas adalah diadakannya sekolah “gaya baru” yang merupakan lembaga yang sungguh leboh sempurna menurut ilmu pendidikan. Dalam hal ini terjadilah jumlah peningkatan para peserta didik khususnya kepada anak-anak (usia 7-12 tahun) sebagaiman dalam satu rapat para kepada suku yang dipimpin oleh seorang pejabat NZG 1907yakni diberlakukannya wajib belajar untuk anak-anak kelompok usia 7-12 tahun. Sebagai akibatnya oleh pihak Zending didirikan 29 buah sekolah rakyat yang pengawasanya di selenggarakannya oleh pihak zending atas permintaan pemerintah dengan di berikan ganjaran keungan.Di samping itu didirikan pula sekitar 40 sekolah zending. Usaha ini berada pada aras pasang-surut yang di kalangan sebagian para penduduk ada yang mendukung dan ada pula yang kecewa. Namun sejarah mencatat statistic Zending tahun 1937 menjelaskan 3 orang PI, 39 guru dan lebih 4800 warga tekah dibaptis.Lih S.C. Graaf Van Randwicjck, Oegstgeest Kebijaksanaan Lembaga-Lembaga PI yang Bekerjasama,567
[8] Team GBKP dan Staf Proyek Survey Menyeluruh D.G.I, Benih Bertumbuh  IV, 4-7
[9]F. Ukur, Jerih & Juang, ( Semarang: Satya Wacana, 1979), 486

Tidak ada komentar:

Posting Komentar