PENGGEMBALAAN PADA ABAD
MULA- MULA
I.
PENDAHULUAN
Proses
penggembalaan pertama pada Perjajian Baru dilakukan oleh Yesus Kristus. Yesus
memulai dengan menggembalakan para murid-muridnya. Semua perkataan dan
perbuatannya sejalan, sehingga Ia menjadi teladan semua orang. Setelah kenaikan
Yesus Kristus, penggembalaan dilanjutkan
para murid-muridnya. Pada saat praktek
penggembalaan dilakukan para murid-murid (Para Rasul), inilah permulaan
penggembalaan mula-mula. Untuk memahami lebih lanjut, kami penyaji akan
memaparkan proses penggembalaan pada abad mula-mula. Jika ada kata-kata yang
kurang dimengerti, kami menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga paper
kami berguna bagi anda.
II.
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian
Penggembalaan
Istilah
Penggembalaan dalam bahasa Belanda “ seelsorge”,
bahasa Jerman “ Zeilzorg” dan dalam
bahasa Inggris “ Pastoral care”.
Sedangkan dalam bahasa Yunani disebut “
poimen” yaitu pelayanan penggembalaan secara umum yang mencakup kehadiran,
mendengar kehangatan, dan dukungan praktis dari gembala terhadap warga jemaat.
Istilah Seelsorge tidak pernah di
samarkan. Seel artinya nous artinya jiwa atau tendi. Sorge( zorg) artinya pengurusan yang
selalu dalam arti positif yang tidak bisa diselewengkan oleh keadaan sekarang. Jiwa selalu dalam arti
inti keutuhan manusia yang bersifat holistik. Gembala yang memelihara, merawat
dan membimbing kawanan domba. Jadi istilah penggembalaan berarti hal- hal yang
berhubungan dengan tugas- tugas gembala atau perihal menggembalakan. [1]
Penggembalaan
adalah bagian integral dari teologis praktis. Melalui pelayanan penggembalaan
orang- orang Kudus kepunyaan Allah menerima pengajaran firman Allah dalam arti
luas agar mereka diperlengkapi, dibimbing, dan didampingi dengan hal- hal yang
besifat pastoral dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan menyangkut pribadi,
keluarga dan sebagai warga jemaat. ( Kej. 49; Mzm. 23:1-6; Yeh.34:11-15; Yes.
4; Kel. 2:25; Yoh. 10; 2 Tim. 3:15-17; Mat. 28:19. Ef. 4:11; Yoh. 21:15-19).
Fondasi Teologis dari gembala
penggembalaan adalah Allah sebagai Gembala, Yesus sebagai Gembala yang
baik, gereja sebagai Gembala dan orang percaya sebagai gembala bagi sesamanya.[2]
2.2. Penggembalaan pada
Abad Mula- Mula
Proses
penggembalaan pada abad mula-mula dapat dibagi menjadi dua periode yakni:
1. Periode
Pasca Rasuli[3]
Pada
pasca-Perjanjian Baru mengatakan tentang pelayanan melalui karya tulis. Dalam dokumen
abad pertama ada Didakhe[4]
masih mengakui manfaat guru-guru yang berkeliling dan nabi-nabi yang diilhami,
tetapi juga memperingatkan bahwa tidak
semua orang mengatakan memiliki otoritas ini dapat dipercaya.
Perkembangan
peranan Pastoral dimulai pada surat
Ignatius menyatakan bahwa ketaatan kepada Uskup adalah yang utama. Para uskup
mempunyai kuasa yang diberikan kepada mereka oleh Allah dan harus diikuti
seperti domba mengikuti gembala. Dengan adanya keinginan untuk melindungi
kawanan domba, Polikarpus juga menulis dengan semangat yang sama sekali
berbeda. Walaupun ia mendorong ketaatan kepada para pejabat dan penatua, ia
tidak menyebut dirinya uskup, tetapi sebaliknya menekankan seifat-sifat yang
diinginkan dari para pejabat gereja.
Yustinus Martir (100-165 M) berbicara tentang uskup sebagai pemimpin
ekaristi bukan sebagai imam, dan ia tidak menyebutkan para penatua sama sekali.
Sebaliknya, Konstitusi Rasuli (sekitar tahun 250 M) menggambarkan uskup sebagai
imam besar, pengajar dan hakim. Tertulianus (160-220 M) memandang keras pada
penekanannya pada disiplin penebusan dosa.
Sementara
itu Klemen dari Alexandria (155-220), bahwa sebagai gembala harus ada perhatian
besar terhadap kemajuan orang Kristen dan menganjurkan manfaat tunduk kepada
gembala sebagai cara untuk mencapai kemajuan.
Walaupun perkembangan peranan
pastoral sudah terjadi, tetapi yang sesungguhnya di Kartago dan Roma. Di Kartago, Cyprianus (200-258 M) memimpin gereja selama bertahun-tahunpenuh
tantangan. Cyprianus mengajarkan tentang kesatuan gereja, otoritas yang
berhubungan dengan keimanan ara uskup dan ketegasannya tentang babtisan ulang.
2. Periode
Pasca Konstantinus[5]
Pada
masa Kekristenan Primitif sampai Tahun 180, situasi pada zaman ini ialah gereja
bukan hanya identik sebagai pengikut Kristus, tetapi juga sebagai pemelihara
kebudayaan Hellenis. Pusat Kekristenan pada waktu itu di Yerusalem, Anthiokhia,
Alexandria, Roma dan Efesus. Namun yang paling besar adalah Kota Roma, tempat
Kaisar-kaisar bersemayam. Setiap tempat memiliki kebudayaan yang berbeda
seperti adat, pelayanan-pelayanan liturgi, tradisi, penyampaian teologia,
pemahaman tentang Alkitab dan praktek Pastoral.
Pastor/Gembala
di beberapa tempat dibedakan dari Nabi, Evangelis, Guru, Missionaris, dan
Fungsionaris Gereja. Gembala adalah seorang yang memperhatikan, memperdulikan
orang lain dengan penuh kasih sayang. Pekerjaannya adalah memelihara dan
melindungi kawanan domba-dombanya. Jemaat pada saat ini selalu dibayangi dengan
rasa ketakutan, yang meliputi banyak hal seperti pergumulan pribadi, penyakit,
kematian, kehilangan, perselisihan, bahkan sampai pada perkawinan dan dosa.
Ketakutan seperti ini dialami oleh setiap individu. Fungsi Pastoral yang
dominan diberlakukan pada zaman ini menurut W.A. Clebsch dan Ch. R. Jeckle
adalah “peneguhan jiwa-jiwa, melalui
perubahan kehidupan di dunia”, sehingga orang Kristen berbeda dengan
orang-orang yang disekitarnya. Pelayanan Pastoral telah melihat bahwa situasi
diatas merupakan suatu penderitaan. Fokus permasalahan Pastoral pada waktu itu
adalah “untuk menyangkal sementara iman Kristen karena kelak timbul lagi.
Tetapi Tertulianus waktu itu tegas dan sangat keras. Menurut dia, kalaupun
nanti terjadi pertukaran klik raja (penguasa) yang anti kekristenan, tentu akan
diganti klik lain yang anti juga. Oleh karena itu, sekarang juga orang Kristen
harus menyaksikan imannya. Fungsi Pastoral yang lain ada juga dilakukan namun
hanya sebagai melengkapi fungsi pendukungan (Sustaining) seperti:
·
Penyembuhan (Healing): yang dipraktekkan oleh gembala
dengan meniru penyembuhan yang dilakukan oleh Kristus. Selain itu gembala
meneguhkan jemaatnya untuk tidak takut menghadapi penyakit dan kematian.
·
Bimbingan (guidance) : jemaat dibimbing untuk
mengelak dari perbuatan-perbuatan dosa sesuai dengan karakter budaya Yunani
pada saat itu, yang kental dengan penyembahan terhadap dewa-dewa dan mengadakan
prostitusi suci.
·
Pendamaian (reconsiling) : jemaat dibaptis dalam
nama Kristus. Dengan pembaptisan ini gembala tetap meneguhkan jemaat supaya
mereka menjalin hubungan dengan masyarakat sekitarnya karena Kristus sudah
berkenan berdamai dengan mereka. Kemurahan hati Allah terus-menerus diberikan
kepada orang lain, orang Kristen selalu hidup dalam kebenaran dan pertobatan.
Kekeristenan
mulai berkembang dengan pesat pada zaman pemerintahan kekaisaran Romawi. Pusat
kekaisaran yang besar itu adalah kota Roma tempat kaisar-kaisar bersemayam.
Meskipun nampaknya kaisar ini memberi hak kepada rakyat namun sebenarnya Kaisar
inilah yang memegang kuasa (monarkhi mutlak). Dengan monarkhi yang mutlak,
kaisar Roma berhak membuat peraturannya sendiri. Akibatnya banyak kalangan
masyarakat tertindas, misalnya pada masa pemerintahan kaisar Nero (54-68), yang
mempersalahkan orang Kristen karena kebakaran besar yang memusnahkan sebagian
kota Roma, padahal Nero sendiri telah menyuruh orang-orangnya melakukan
pembakaran itu untuk rencana perluasan kota Roma. Orang Kristen harus meniggalkan
agamanya, mereka harus menyembah kaisar, kalau tidak patuh dijatuhi hukuman
mati. Ibadah kepada kaisar adalah salah satu pernyataan yang sangat penting
dari kehidupan keagamaaan pada permulaan tahun masehi. Kebiasaan ini timbul
dari pandangan umum di Timur yaitu bahwa Kaisar mengandung khasiat yang
mengatasi dunia kodrati bahkan berasal dari dunia Ilahi, Ia dianggap sebagai
makhluk Ilahi dan Tuhan. Peraturan ini membuat orang Kristen sangat tertindas.
Dari sudut pemerintahan, orang Kristen diakui sebagai warga negara Roma apabila
mereka mendukung/setia terhadap aspirasi pemerintah tanpa terkecuali. Kesetiaan
itu diwujudkan dalam mengkulturkan patung (dewa-dewa).
Penindasan
terhadap orang Kristen terus berlangsung dari generasi ke generasi. Pemerintah
terus mencurigai kesetiaan dan kejujuran kaum Kristen terhadap negara, karena
mereka tidak mau mempersembahkan korban kepada Kaisar. Hal inilah dipakai
pegawai pemerintah untuk menuduh bahwa orang-orang Kristen tidak dapat
dipercaya selaku warga negara. Para pegawai negeri menyarankan supaya
orang-orang Kristen meninggalkan imannya dan menjadi serdadu-serdadu
pemerintah. Pada akhir abad kedua, orang-orang Kristen bangkit dari
ketertindasan mereka dengan mengadakan perlawanan terhadap pemerintah dan menentang
budaya imperial (penjajahan). Adanya penindasan pemerintah terhadap orang
Kristen, mengakibatkan orang Kristen banyak yang pindah/murtad, keluar dari
gereja dan menjadi serdadu pemerintah. Setelah penindasan terhadap Kekristenan
berakhir, gereje-gereja mulai tumbuh dan melembaga. Dalam situasi inilah fungsi
pastoral melakukan fungsi reconciliation yang
dominan pada zaman ini yaitu fungsi pendamaian. Pelayanan pastoral segera
datang untuk mendamaikan hati orang-orang yang ingkar terhadap agama dan gerejanya,
mendamaikan hati orang-orang Kristen yang waswas terhadap penindasan dari pihak
pemerintah, dengan cara mengaku secara umum akan dosa mereka dan pengakuan
pertobatan dari dosa. Untuk mendukung fungsi pendamaian ini pelayanan pastoral
juga memakai fungsi pastoral yang lain yaitu:
·
Peneguhan : menopang keteguhan hati dan iman dari
orang-orang percaya yang sempat dihukum, dipenjarakan atau menghadapi kematian.
·
Penyembuhan dan
bimbingan : dengan mengahadapi
keputusan-keputusan pemerintah, dalam hubungan dengan penyiksaan.
Jadi
pelayanan pastoral di sini sangat menekankan pembimbingan pendamaian yakni bagi
orang-orang yang telah hilang kembali diperdamaikan dengan Allah dan menjadi
jemaat Allah.
Namun
pada masa pemerintahan kaisar Konstantinus (tahun 312), Iman Kristen tidak
hanya diperbolehkan tetapi bahkan menjadi agama resmi kekaisaran Romawi. Dan
diteruskan dalam kekristenan Barat melalui pengikut-pengikut budaya Byzantine
Agung. Budaya kekristenan pada masa ini semakin bertumbuh dan menjadi pemersatu
walaupun ada tanda-tanda Anti Kristus dalam pemerintahan Julia. Dalam kepemimpinan bapa-bapa gereja, para teolog mulai lebih
dominan dalam peneguhan iman kekristenan. Pada saat ini gereja mengalami beban
yang berat, yaitu agar ada kesatuan dalam ajaran gereja, karena itu
pelayan-pelayan gereja harus mempersatukan dirinya sendiri sebagai bukti
kesatuan mereka. Seperti yang dikatakan oleh Chrysostomus[6],
gembala tidak boleh tercemar dalam kesucian dan harus memiliki sifat-sifat
seorang malaikat, karena tidak mungkin kesalahan-kesalahannya disembunyikan
dari pandangan umum. Mayoritas Kristen waktu itu adalah orang Yunani, mereka
sering berdiskusi secara filosofis tentang dua hakekat tabiat Kristus. Perbedaan
pemikiran ini mengacaukan pikiran banyak orang Kristen 250 tahun lamanya. Yang
menjadi masalah dalam pastoral ialah fanatisme terhadap salah satu ajaran
tentang hakikat Kristus, karena jika sifat fanatisme tidak diredakan akan terus
ada konflik dan perpecahan. Tetapi jika hanya dingin (kurang serius) tentu juga
ada masalah kurang serius dan iman kekristenan tidak kelihatan. Jadi tugas
pastoral adalah “guiding” atau
membimbing pribadi-pribadi kepada budaya kekristenan dari peradaban yang
standar dan norma-norma yang dibuka oleh mereka sendiri. Meskipun dalam ibadah
yang memimpin adalah pejabat-pejabat gereja (Imam/ Pendeta/ Pastor), mereka
juga berperan penting sebagai juru bicara tentang sosial dan moralitas pribadi.
2.3. Bentuk penggembalaa
pada Abad Mula- Mula
Jenis-
jenis bentuk pelayanan Penggembalaan ada beberapa jenis pada abad- abad mula-
mula:
a) Bentuk Perkunjungan rumah Tangga
Gembala
atau pelayanan Kristen lainnya mengadakan perkunjungan rumah tangga agar
mengenal anggota jemaat dari dekat. Perkunjungan ke rumah ialah perkunjungan
para penggembala kerumah anggota atau perkunjungan keluarga. Prinsip adalah
jauh lebih perlu perkunjungan seorang gembala kerumah anggotanya daripada
kedatangan anggota kerumah gembala.
Soal
utama bukan problem- problem orang itu tapi orang itu sendiri. Tentu kita perlu
mengetahui tentang problem- problem mereka, namun jauh lebih perlu bagi seorang
gembala lainnya ialah agar dapat mengenal mereka. Mengenal akan rahasia mereka
terhadap reaksi – reaksi dari luar.
b. Bentuk
Percakapan
Yang
dimaksud dengan percakapan bukan menolong melainkan dialog antara gembala/
pelayan Kristen dengan anggota jemaat. Percakapan yang dimaksud bukan
menggurui. Dalam percakapan tersebut dapat kita menyadari konsep trilogi
sehingga kita hanyalah sebagai alat Tuhan. Sebab dalam pelayanan tersebut Allah
sendiri menjadi Subyek ( Mat.10; Mark.6). dan Roh Allah yang memimpin
percakapan tersebut. Karena tugas penggembalaan adalah tugas yang berat dan
penuh tanggung jawab; tidak dapat dilakukan dengan kekuatan serta kemampuan
diri sendiri. Oleh sebab itu, tugas penggembalaan harus dilaksanakan di dalam
doa meminta pemimpin dan pertolongan Tuhan.[7]
b) Bentuk
penilik dan disiplin gereja
Peraturan
penggembalaan khusus itu secara umum terdiri dari:
1. Anggota
gereja yang bersalah ditegur ( dinasehati) oleh kawannya yang mengetahui tanpa
gembar- gembor kepada orang lain atau kepada majelis.
2. Jika
tidak mendengar teguran, hendaknya diminta kepada satu atau dua orang anggota
jemaat.
c) Bentuk
persekutuan
Dalam
masyarakat Timur yang bersifat komunal perlu dikembangkan penggembalaan bentuk
perseketuan yaitu menumbuhkan “ sense of
fellowship”. Warga jemaat dengan rendah hati saling menerima dan rasa
solidaritas yang tinggi sebagai keluarga Allah atau tubuh Kristus
Perseketuan
merupakan sasaran yang hendak dirusak oleh pengaruh roh individualisme.
Penebusan Kristus kepada manusia didalam tugas penggembalaan bukanlah individu
tersebut di tempatkan dalam isolasi tapi dalam relasi sebagai komunitas yang
telah di tebus Kristus. Jemaat adalah tubuh Kristus dan setiap individu beroleh
persekutuan dengan anggota jemaat yang lain. Perseketuan yang hidup dan
bertumbuh akan banyak memberikan kesehatan mental bagi warga gereja.
d) Bentuk
pelayanan dalam arti luas
Diakonat
gereja adalah unsur pelayanan dalam arti luas yang bersifat esensial dalam
kehidupan gereja. Pelayanan merupakan bentuk nyata sesuainya kata (Firman yang
diberitakan) dengan perbuatan nyata yaitu untuk “mendemonstrasikan” kasih. Hal
ini dapat dikembangkan melalui tugas diakonat gereja yang bersifat karikatif dan yang bersifat pengembangan
masyarakat yang dilayani. Pelayanan kontemporer ialah gereja yang
menyatakan kasih kepada para korban-korban di jalan Jericho modern (bnd. Luk.
10:25-37). Dalam misi seperti inilah gereja-gereja kita mengadakan para diaken.
Pelayanan gereja bukan hanya bagi anggota gereja tapi juga untuk masyarakat
luas.[8]
III.
KESIMPULAN
Penggembalaan
pada abad mula-mula dimulai dari pekerjaan
Para Rasul lalu dilanjutkan pada Konstantinopel. Bentuk-bentuk
penggembalaan ada yang melalui kunjungan rumah tangga, persekutuan, percakapan
dan yang lainnya. Penggembalaan dilakukan agar setiap domma-domba tidak
tertarik dengan yang lainnya melainkan domba-domba akan mendapat penghiburan
dan kekuatan.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Gintings, E. P., Gembala dan Pastoral Klinis, Bandung: Bina Media Informasi, 2007
Gintings, E. P., Penggembalaan Hal- Hal Pastoral,
Bandung: Info Media, 2009
Tidball, Derek J.,Teologi Penggembalaan,Malang:Gandum Mas, 2002
Wellem,
F.D., Kamus Sejarah Gereja,Jakarta:BPK-GM, 2010
Wellem, F.D.,Riwayat
Hidup Singka
[1] E. P. Gintings, Penggembalaan Hal- Hal Pastoral, ( Bandung: INFO MEDIA, 2009),
11-12
[2] Ibid, 12
[3] Derek J. Tidball,Teologi Penggembalaan,(Malang:Gandum Mas), 168-174
[4] Didakhe
memuat banyak tata ibadah gereja mula-mula. doa bapa kami dimuat
selengkapnya. babtisan dilaksanakan dengan penyelamatan jika keadaan
memungkinkan atau dengan cara pemercikan selam tiga kali. puasa diadakan pada
hari rabu dan jumat. ada dua doa ekaristi yang tidak biasa dalam gereja
mula-mula. selain uskup dan diakon, terdapat pula nabi yang berkeliling. mereka
dapat dan diperboleh merayakan ekaristi. [F.D.
Wellem, Kamus Sejarah Gereja,(Jakarta:BPK-GM,2010),68]
[5] E. P. Gintings, Gembala dan Pastoral Klinis, (bandung:
bina media informasi, 2007), 11-15
[6] Chrystomos adalah seorang pengkotbah yang
sangat terkenal sehingga ia dijuluki sibermulut emas. Ia lahir di anthiokia pada tahun 374. [F.D.
Wellem,Riwayat Hidup Singkat,(Jakarta :Bpk-Gm,2011),57]
[7] P. Gintings, Penggembalaan Hal- Hal Pastoral, 60-61
[8] Ibid, 61-62
Tidak ada komentar:
Posting Komentar