Nama :
Jhoni Pranata Purba
NIM :
12.01.935
Kontraversi
ajaran keselamatan (=manusia-dosa-Allah-keselamatan)
Kontroversi Agustinus, Pelagianisme, dan Semi-Pelagianisme
I.
Pendahuluan
Pandangan atau konsep
keselamatan sudah dirumuskan semenjak jaman Yudaisme sampai Bapa leluhur. Namun
pandangan mereka tentang konsep keselamatan itu juga berbeda-beda menurut
pemikiran mereka masing-masing. Namun disamping banyaknya pandangan tersebut
membuka jalan perdebatan atau kontraversi antar tokoh atau antar aliran. Namun
pada kali ini kita akan membahas mengenai pemahaman keselamatan menurut
Agustinus, Pelagianisme, Semi-Pelagianisme.Namun dalam konsepan keselamatan tersebut
pemahaman Agustinus tentang keselamatan memiliki kontroversi dengan
Pelagianisme dan menyebabkan munculnya Semi-Pelagianisme. Semoga sajian ini
dapat kita mengerti dan dapat menambah pemahaman kita bersama.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian
Anugrah dan Keselamatan
Dalam Perjanjian Baru Anugerah (Kharis) pada hakikatnya merupakan
pemberian yang tidak harus dibalas.Kata Kharis dipakai secara sinonim dengan
kata doraen yang merupakan terjemahan
dari yang cocok dengan kat Ibrani Khinam
yang berasal dari kata khen yang
artinya anugrah.Dengan demikian juga didalam perjanjian lama, anugrah atau
kasih karunia merupakan suatu perbuatan yang tak harus dibalas.[1]
Sedangkan dalam kamus Teologi anugrah
adalah sesuatu yang baik, yang diberikan tanpa adanya jasa dari sipenerima,
meskipun sebenarnya sipenerima seharusnya mendapat hukuman.[2]Keselamatan
adalah prihal keadaan selamat, kesejahtraan, dan penderitaan.[3]Namun
dalam kamus teologi Keselamatan adalah keadaan bebas dari kejahatan dan
penderitaan.Penderitaan diakibatkan oleh dosa, dan keselamatan adalah
pembebasan dari dosa dan akibatnya sehingga keselamatan berarti bebas dari
penderitaan.[4]
2.2.
Latar
Belakang Terjadinya Kontraversi
Pada zaman Bapa-bapa Gereja Apa yang diajarkan
Paulus seolah olah hilang, di zaman Bapa-bapa, ajaran yang berkembang adalah
Yudaisme. Memang tidak ada hubunganya tapi seolah-olah menganut Yudaiseme
1.
Moralisme: mulai memunculkan
glora-glora, tokoh yang terkenal pada jaman ini adalah Tertulianus, yang mulai
berkembang pada abad pertengahan di Eropah ( Gereja Barat) dan ajaran itu
dimodifikasi oleh Pelagianisme.
2.
Intelektualisme
3.
Sakramentalisme
Namun kenyataanya mereka menekankan bukti-bukti atau
tanda-tanda kepercayaan itu.
·
Ajaran Tertulianus : Adanya dosa warisan
·
Ajaran pelagianisme : Tidak ada dosa
warisan
Namun
pelagianisme menghasilkan ajaran yang baru yang menekankan bahwa manusia adalah
manusia super yang mampu mengupayakan keselamatan.[5]
2.3.
Kontroversi Agustinus, Pelagianisme, dan Semi-
Pelagianisme
2.3.1.
Agustinus
Agustinus merupakan Bapa Gereja yang paling masyur.Kepribadianya dan
jalan hidupnya juga yang paling kita kenal, oleh kitabnya yang bernama
Confessiones (pengakuan-pengakuan).[6]Agustinus
merupakan seorang bapa yang pandangan-pandangan teologinya sangat berpengaruh
dalam gereja Barat. Ia lahir pada tanggal 13 November 354 di Tagaste Afrika
Utara. Ayahnya bernama Patricius seorang kafir dan ibunya bernama Monika.[7]Monika
adalah ibu yang sangat saleh.Ketika agustinus berumur 16 tahun pergilah dia ke
Charhago untuk menuntut ilmu pidato menjadi retor (pengacara, advokat).Ia
belajar dengan rajin, ia sangat pintar tetapi ia hidup dalam percabulan saja.
Dua tahun kemudian ia mendapat seorang anak dari seorang gadis yang denganya dia hidup bersama-sama 14 tahun lamanya. Waktu umurnya
19 tahun Agustinus mulai sadar setelah membaca sebuah kitab filsafat. Mulailah
dia ia mencari kebenaran yang satu-satunya. Tetapi Alkitab belum menarik
perhatianya, karena pada hematnya kitab kudus itu kurang mendalam filsafatnya,
bahkan kasar isi dan susunanya.Ia lebih suka menyelidiki salah satu ajaran
gnostik yang berasal dari Persia, yaitu Manikheisme. Monika sangat sedih
melihat anaknya menempuh jalan sesat itu, tetapi ia dihibur oleh seorang uskup
yang karena jemu dengan keluhanya berkata kepadanya: “ pergilah, jangan megangguku: demi hidupmu, tak mungkinlah anak yang
didoakan dengan sekian banyak air mata
itu binasa”.[8]
Pada masa itu ia juga belum percaya kepada Alkitab Ia tertawa bila membaca
tentang Allah yang menjadi Manusia kemudian Agustinus mengembangkan dengan
ilmu-ilmu filsafat yang mengajarkan bahwa kebenaran tidak pernah dapat
diketahui manusia, sehingga manusia harus bimbang terus sampai pada ajalnya.
Lama kelamaan ia sadar tentang perbedaan besar antara pandanan-pandangan orang
neo-platonisme dengan berita kitab injil. Segala perkara yang ada dalam ajaran
Neo-Platonisme hanya merupakan buah pikiran yang indah saja yaitu kebenaran
manusia dari ikatan-ikatan dunia ini. Akhirnya Agustinus tau sungguh sungguh
bahwa sekarang dia telah mendapat kebenaran itu dalam injil gereja Kristen.
Suatu hari ketika ia duduk-duduk ke kebun bunga dengan pergumulanya
terdengarlah olehnya suara anak-anak yang menyanyi ‘ ambillah, bacalah’. Kemudian da membuka kitab surat-surat Paulus
dalam Roma 13:13. Kalimat ini menawan jiwanya . sekarang dia bertobat
sungguh-sungguh. Kemudian dia pergi ke tempat yag sunyi diluar kota. Disana ia
mereunung dan membaca firman Allah . kemudia umur 33 dibabtiskan oleh Ambrosius
agung beserta anaknya Adeodatus yang berusia 15 tahun.[9]
2.3.2.
Kontraversi Agustinus
Ketika Agutinus menjadi seorang Kristen, ia mulai mengetahui dan
menerima konsep-konsep mengenai dosa dan anugrah yang pada saat itu memang
lazim di Barat. Jadi, dalam tulisanya mula-mula. Yang berjudul Mengenai Kehendak Bebas Agustinus,
hampir sama dengan Bapa rohaninya Ambrosius.[10]Menurut
Agustinus manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna. Adam diberi kehendak
yang bebas, sehingga ia dapat memilih sendiri jalan yang mana yang akan diturutnya: taat dan patuh kepada
Tuhan atau menuruti kesukaan hati dan kehendak sendiri. Tuhan mengajak dia
berbuat yang baik, serta mengaruniakan kepadanya pertolongan Rahmatnya.Itulah
sebabnya Adam dapat tidak berdosa.Akan
tetapi Adam tidak mengunakan kemungkinan ini. Ia jatuh ke dalam dosa oleh
salahnya sendiri, karena dia suka mengikuti kehendaknya sendiri. Akibatnya
sangat mengerikan. Sekarang ia sudah dikuasai oleh dosa; persekutuanya dengan
Tuhan terputus; pertolongan rahmat telah hilang; ia menjadi hamba keinginan
badan-nya dan harus mati. Tak dapat ia berbuat baik lagi, malahan mulai saat
itu ia tidak dapat tidak berdosa,
atau harus berdosa saja. Di dalam Adam segala keturunanya juga berdosa (Roma 5
: 12).Tubuh dan dan jiwa tiap-tiap orang telah diracuni oleh dosa turunan.[11]
Ia percaya bahwa semua manusia berdosa “
dalam Adam” dan oleh sebab itu semua orang (termasuk bayi) bersalah dan
cenderung untuk berbuat dosa . kecenderungan ini berbentuk “nafsu jasmaniah”
yang mengendalikan manusia. Manusia yang telah jatuh kedalam dosa berada pada
posisi yang menyedihkan ketika berbuat dosa itu tak terelakkan lagi, namun ia
melakukanya secara “bebas’ atau atas kemaunya sendiri.[12]BagiAgustinus
hakikat dosa adalah ganda, pada satu pihak adalah kecongkokan, dan pada pihak
lain adalah nafsu. Dalam status aslinya manusia suatu kehendak saleh yang terus
menerus, tetapi juga bantuan anugrah ilahi. Keselamatan dari status keberdosaan itu hanya
mungkin karena anugerah , tetapi suatu anugerah yang seluruhnya di dasarkan
atas pemilihan Allah. Memang jelas bahwa kehendak manusia dari dirinya sendiri
tidak dapat menemukan keselamatan.[13]Agustinus
percaya bahwa kita memerlukan kasih karunia Allah, yaitu pertolongan batin dari
Roh Kudus, untuk hidup sebagai orang Kristen.Allah memberikan kasih
karunia-Nya. (atau Roh Kudus) kepada mereka menanggapi injil dengan iman.
Keselamatan merupakan seluruhnya karunia Allah dari mula dan seterusnya,
karunia ini tidak diberikan kepada semua orang, karunia ini diberikan kepada
mereka yang dipilih oleh Dia.[14]
Pemilihan Allah atas sejumlah manusia untuk diselamatkan inilah yang disebut predistinasi ( dari pre = dahulu, dan destination= ketentuan atas keputusan ). Jadi nasip kekal
manusia telah ditentukan sejak ia dilahirkan. Tiada seorangpun yang dapat
menentang/menggagalkan pilihan Allah ini. Siapa saja yang dipilih pasti
selamat, sekalipun ia mungkin melakukan dosa yang besar. Sebab bagaimanapun
orang yang dipilih akan bertobat. Jadi dalam Predistinasi ini kasih Allah
terhadap orang yang dipilih tampak bersinar-sinar. Dan Allah menyatakan
kasih-Nya kepada beberapa jumlah manusia dari antara mereka itu semuanya[15]
Pandangan-pandangan
Agustinus pada dasarnya sudah matang pada tahun 397, namun pertentangan dengan
Pelagius menyebabkan ia mengembangkan pandangan-pandangan tersebut secara
terperinci. Hampir dua puluh tahun lamanya Agustinus berkampanye dengan sengit
melawan pengikut-pengikut Pelagius, dengan memakai kebijaksanaan gerejawi
maupun duniawai dan terutama melalui tulisaan-tulisanya.[16]
2.3.3.
Pelagianisme
Pelagius lahir di Inggris, sebagai anak dari sepasang orang tua
kristen, kira-kira dalam pertengahan abad ke-4, tetap merupakan persolan di
kalangan para ahli, apakah tanah kelahiranya adalah Irlandia atau Inggris.[17]Ia
adalah seorang cendikiawan, seorang yang berbudaya dan memiliki karakter yang
tidak bercacat. Pada tahun 400 pelagius
berada di Roma, disana ia terkejut melihat kehidupan moral yang rusak dan ia
bekerja keras untuk memperbaiki keadaan tersebut. Di Roma ia berhasil
mentobatkan seorang ahli hukum yang bernama Coelestinus, yang kelak akan terus
menemani pelagius kemana-mana. Pada waktu alarik bersama suku bangsa Goth Timur
mengepung kota Roma tahun 410 Pelagius bersama Coelestinus meninggalkan kota
Roma dan pergi ke Kartago.[18]
Di kartago
Pelagius menyebakan ajaran-ajaranya, serta medapat banyak pengikut.Bahkan
Coelestinus sempat ditahbiskan menjadi presbiter di Kartago. Adapun pokok-pokok
ajaran Pelagius Adalah:
1)
Adam
diciptakan untuk mati dan akan mati sekalipun ia tidak berdosa. Kematian bukanlah akibat dosa.
2)
Kejatuhan
Adam kedalam dosa hanya dia sendiri dan tidak mempunyai akibat bagi
keturunanya.
3)
Anak-anak
yang dilahirkan tidak berdosa.
4)
Anak-anak
yang tidak dibabtis dan meninggal pada masa bayi tettap memperoleh keselamatan
5)
Manusia
mati bukan karna kejatuhan adam kedalam dosa, dan manusia bangkit dari antara
orang mati bukan didasarkkan kepada kebangkitan Kristus.
6)
Hukum
taurat dapat memimpin orang kedalam kerajaan sorga sama seperti sebelum injil,
ada orang yang berdosa.
Pelagius
juga mengunjungi Palestina.Disini juga memperoleh sejumlah pengikut.Sama
seperti di Kartago.Di sini muncullah pertikaian.Ajaran-ajaran Pelagius
dikutuk.barangkali Pelagius meninggal tahunn 419.Namun ajaranya terus hidup di
bawah pimpinan Julianus dari Eclanum, seorang uskup yang cakap sekali.Ia
merumuskan ajaran-ajaran Pelagius dengan sangat sistematis. Pelagianisme tidak
pernah menjadi suatu gereja pecahan namun hanyalah suatu aliran pemikira
teologi dalam gereja[19]
2.3.4.
Kontraversi pelagianisme
Bertahun-tahun, baik Pelagius maupun Coelestius dengan leluasa
mengajarkan ajaran-ajaran mereka di Roma tanpa pernah ditentang oleh hirarki.
Masalah baru mulai muncul ketika invasi oleh orang Goths yang memaksa kedua
orang ini untuk lari ke AfrikaUatar. Di
Timur Pelagius melamar menjadi iman namun dakwaan sebagai bidat dilancarkan
kepadanya dihadapan frimat Afrika Utara dan permintaanya ditolak dan
diekskomunikasikan (dikucilkan dari gereja tahun 411). Pusat teologi Pelagius
adalah pandangannya megenai kemaha-hadiran dan kebenaran Allah. Inilah sebagai
konsep yang kurang ia temukan dari Alkitab dan lebih pada filsafat atau,
apabila dikatakan secara luas, dari akal manusia. Sesungguhnya, Pelagius
memandang kebenaran Allah sebagai suatu kebenara yang menuntut dan mengadili.
Tetapi pada permulaan teologinya ia mempertahankan dalil mengenai Allah yang
bersifat Rasionalistik, yaitu bahwa Allah tidak mungkin menuntut apa yang pada akhirnya
tidak dapat dipenuhi oleh manusia itu sendiri. Allah adalah Hakim yang adil bagi seluruh manusia.
Tak seorangpun manusia yang tak benar yang luput dari padan-Nya. Karena itu,
secara prinsipal, manusia berada dalam kedudukan untuk hidub menurut sesuai
dengan hokum-hukum Allah. Kalau ini tidak benar, maka tidak akan ada
penghukuman terhadap orang yang tidak benar; dan dengan demikian tuntutan Allah
kepada manusia tidak dapat dibenarkan[20]
Dan di Afrika Utara Pelagius juga berkenalan dengan Agustinus [21] dalil
dalih yang dianggap berasal dari dia dan yang menjadi dakwaan terhadapnya :
bahwa Adam memang diciptakan dengan bersifat fana dan kalaupun ia tidak
berdosa, ia akan tetap mati; bahwa dosa Adam hanya mengenai Adam saja, bukan
seluruh umat manusia; bahwa anak-anak yang baru lahir mepunyai status yang sama
dengan Adam sebelum ia jatuh kedalam dosa, bahkan seluruh umat manusia tidaklah
mati sebagai akibat kematian Adam, bahkan kalaupun melalui kebangkitan Kristus
seluruh umat manusia tidak lagi dibangkitkan kembali. Bahwa anak yang dibaptiskan
akana diberikan kehidupan yang kekal; bahwa manusia bisa hidup tanpa dosa;
bahwa gampang bagi manusia untuk memenuhi hukum-hukum Allah, karena bahkan
sebelum Kristus pun ada orang-orang hidup tanpa dosa, dan karena hukum adalah
cukup untuk mencapai Kerajaan Sorga sama seperti injil juga.[22]
Setelah Adam jatuh kedalam dosa tabiat manusia tetap baik dan tidak ada dosa
turuna. Manusia dilahirkan seperti kertas putih yang masih belum ditulisi.[23] Memang benar bahwa Pelagius juga menunjuk Adam
sebagai yang memberi pengaruh buruk kepada generasi selanjudnya. Tetapi ia
merasa bahwa hal ini bukanlah merupakan pekara dari mewarisi dosa, tetapi
hanyalah akibat dari contoh buruk yang diberikan oleh Adam dan yang ditiru oleh
banyak orang.[24]
Kematian bukanlah akibat
dosa atau hukuman dari Tuhan, tetapi termasuk hukum Alam.Keselamatan yang kekal
itu diperoleh manusia selaku pahala karena amal dan kebajikanya yang dilakukan
manusia menurut kehendaknya yang bebas itu.Namun ajaran Pelagius ini ditolak
oleh Gereja, pertama kalinya di Cartago pada tahhun 418.[25]
2.3.5.
Kontroversi Semi-Pelagianisme
Setelah Pelagianisme ditolak oleh Gereja secara resmi pada konsili
Kartago ( dan orange), orang tetap memikirkan dan mendiskusikan hubungan antara
di satu pihak kausalitas rahmat Allah, dan dilain pihak peranan kehendak bebas
manusia dalam menerima dan mengerjakan
keselamatan.[26]Yang
membuat kesulitan adalah konsilii Kartago tidaklah secara terang menjadikan
ide-ide Agustinus, yang dari padanya banyak hal yang dipelajari, sebagai
sesuatu yang mengikat.Keputusan Kartago tidak semua orang setuju dengan
pengutukan atas Pelagius dan Coelestius bersedia mengikuti ajaran Agustinus
dalam segala hal.Akibatnya dengan cepat timbullah suatu kelompok yang menolak
Pelagius, tetapi yang juga tidak puas terhadap Agustinus. Dalam dunia modern
mereka di cap sebagai “ Semi Pelagius “,
sebab mereka dinyatakan sebagai “ setengah Pelagius”[27].
Sejumlah Teolog berpendapat bahwa Agustinus secara berat sebelah dan berlebihan
menonjolan mahakuasalitas rahmat.Karena itu mereka mencari jalan tengah antara
Agustinus dan Pelagius.[28]
Di Kartago perlawanan terhadap ajaran Agustinus mengenai anugrah sudah dimulai
dalam tahun 420. Sampai tahun 426 perlawanan ini belum terlalu kelihatan.
Pelawanan ini baru nyata pada saat biarawan-biarawan dari biara Adrumentum, yang berlokasi dipantai
timur Tunisia, mereka memberontak terhadap ajaran-ajaran Agustinus . pada waktu
biara-biarawan dari Gaul Selatan ikut serta dalam kontroversi ini, maka suasana
mejadi panas. Yohanes Cassian (430-435), dan Vincent dari Lerins (450),
orang-orang ini mempertahankan pandangan Semi-Pelagius dengan sangat
berhati-hati dan memiliki kecakapan yang tinggi apabila dibandingkan dengan
para penantang Agustinus di Afrika Utara. Kontraversi berlansung dalam berbagai
bentuk. Sejumlah Ajaran-ajaran Agustinuslah yang mendorong mereka kearah
oposisi. Mereka memberi kekecualian terhadap sejumlah pandangan Agustinus
mengenai dosa dan anugerah. Pandangan mengenai keterikatan kehendak secara
penuh, mengenai pekerjaan dari kuasa anugerah yang tak tertahankan, dan
mengenai predestinasi, sangat menjijikkan mereka. Karena hal ini kelihatanya
menjadikan segala usaha manusia tidak berguna. Dan orang-orang ini juga
sepenuhnya setuju dengan Agustinus ketika Agustinus berkata-kata tentang
keseriusan dosa. [29] Kata mereka: oleh jatuhnya Adam kehendak
manusia hanya dilemahkan saja, sehingga manusia dapat berbuat baik lagi. Ia tidak
mati ( Agustinus ), dan tidak pula sehat ( Pelagius ) melaikan sakit.Oleh karena itu kekuatan manusia
sendiri tidak cukup untuk untuk mencapai keselamatan itu.Ia memerlukan bantuan
rahmat Tuhan. Rahmat itu ialah khasiat secara batin yang diberikan oleh Tuhan
kepada tiap-tiap oknum. Kehedak manusia yang bebas harus menerima pertolonan
ini, supaya dengan demikian manusia dan Allah boleh bekerja bersama-sama sampai keselamatan itu diperoleh .[30] Jadi keselamatan tergantung dari manusia
sendiri, bukan dari Allah, Predestinasi ajaran Agustinus ditolak. Juga ajaran
ini ditolah oleh gereja didalam sinode di Orange (529)[31]
III.
Kesimpulan
Setelah membaca pokok
pembahasan kita pada hari ini maka dapat dilihat bagaiman perdebatan ajaran
keselamatan antara Agustinus dan Pelagianisme yang masing-masing memiliki
pandangan yang berbeda-beda tentang Anugrah dan pembenaran. Ketika Agustinus
mengatakan bahwa keselamatan itu hanya dapat diperoleh melalui kasih karunia
Allah maka pandangan ini ditantang oleh pelagianisme yang mengatakan bahwa
manusia walaupun jatuh kedalam dosa namun manusia masi mampu melalkukan
perbuatan baik dihadapan Allah. Agustinus mempertahankan konsepanya selama 20
tahun dalam melawan pelagianisme. Untuk dapat memcahkan masalah ini kedua
ajaran ini mebawa ke konsili Kartago (418), hasilnya adalah menolak ajaran
Pelagianisme. Namun masih banyak yang tidak setuju dengan keputusan pengutukan
Pelagianisme karena ajaran Agustinus dianggap terlalu menekankan anugerah yang
mengakibatkan usaha manusia itu hanya sia-sia.
Hal inilah yang menyebabkan munculnya ajaran Semi-Pelagianisme. Dan
aliran ini mengajarkan bahwa ketika Adam jatuh kedalam dosa maka dia bukan mati
tetapi Sakit saja maka dari itu dia membutuhkan Anugrah dari Allah untuk
mencapai keselamatan ( manusia dan Allah bekerja sama untuk mencapai
keselamatan) pandangan ini juga menghasilkan pertentangan sehingga dibawa pada konsili Orange (529) di Galilea. Hasil
konsili ini menghasilkan bahwa pandanga dari Semi-Pelagianisme dikutuk.
Sedangkan pandangan Agustinus akan dilanjudkan atau mengpengaruhi Teologia dari
Martin Luther dan Yohanes Calvin pda Abad ke 16.
Becker Dieter, Pedoman Dogmatika, Jakarta:
BPK-GM, 2000
Dister Nico. Syukur, Teologi Sistematis2, Yogyakarta: Kanisius, 2004
End Th.Van Den,
Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 2008,78
Enklaar
HBerkhof, I. H., Sejarah Gereja,
Jakarta: BPK-GM, 2010
Hadiwijono
Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM,
2013
Lane
Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK-GM,
2009
Lohse Bernhard, Pengantar
Sejarah Dogma Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2011
Napel Henk Ten, Kamus
Teologi, Jakarta: BPK GM, 1996
Poerdarminta W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Soedarmo R., Kamus
Istilah Teologi, Jakarta: BPK-GM, 2008,
82
Wellen F.D., Riwayat
Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009
[1]Dietes
Becker, Pedoman Dogmatika, (Jakarta:
BPK-GM, 2000), 139
[2]R. Soedarmo, Kamus
Istilah Teologi, (Jakarta: BPK-GM, 2008),
82
[3]W.J.S. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (jakarta: Balai Pustaka, 1988),
892-893
[4]Henk Ten Napel, Kamus
Teologi, (Jakarta: BPK GM, 1996), 280
[5]
Pardomuan Munthe, Rekaman catatan Kuliah, Rabu, 19 September 2014
[6]Th.Van Den End,
Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK-GM, 2008),78
[7]F.D.Wellen, Riwayat
Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, ( Jakarta: BPK-GM, 2009),
23
[8]Th.Van Den End, Harta
Dalam Bejana,79
[15]Harun
Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta:
BPK-GM, 2013), 289
[17]Bernhard Lohse, Pengantar
Sejarah Dogma Kristen, 135
[18]F.D.Wallem, Riwayat
Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 23-25
[21]HBerkhof,
I. H.Enklaar, Sejarah Gereja, 68
[23]Harun
Hadiwijono, Iman Kristen, 289
[25]HBerkhof,
I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 69
[30]H.
Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja,
69
[31]Harun
Hadiwijono, Iman Kristen, 289
Tidak ada komentar:
Posting Komentar