Kamis, 17 Maret 2016

Khotbah Kasualistik Kepada Pengungsi Gunung Sinabung


Nama              : Jhoni Pranata Purba
Nim                 : 12.01.935
Ting/Jurusan : III-B/Theologia
Mata Kuliah  : Homiletika II
Dosen              : Pdt.Dr. Deddy Fajar Purba
KHOTBAH KASUALISTIK KEPADA PENGUNGSI BENCANA ALAM GUNUNG SINABUNG
NATS : YESAYA 54 : 10, 55:8
THEMA : “BIARPUN GUNUNG-GUNUNG BERANJAK TETAPI IMANKU TAK AKAN GOYANG”
I.       PENGANTAR
Syalom  ... Mejuah-juah man banta kerina...!       
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, kita mengucapkan puji dan syukur kepada Allah karna berkat kasih karunianya yang masih melimpah yang boleh kita rasakan melalui persekutuan kita pada hari ini dan dapat memuji dan memuliakan nama Tuhan. Bahan khotbah kita hari ini diambil dari Yesaya 54 : 10 dan Yesaya 55:8. Saya meminta kepada kita supaya membacakanya secara bersama-sama.
II.    PENJELASAN NATS
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Tuhan, jika kita melihat apa yang mau disampaikan kitab (Yesaya 54:10) bagai mana keadaan bangsa Israel dalam penderitan dan penuh kesesakan yang mereka alami. Konteks yang terjadi dalam nats ini bahwa bangsa Israel berada dalam pembuangan di Babilonia selama 40 tahun. Secara Psikologi/Batin mereka tertekan dengan kesakitan, yang melanda mereka begitu lama. 40 tahun bukan merupakan waktu yang singkat saudaraku. Mereka kehilangan harapan, dan mereka juga putus asa. Mereka ditindas, dan kebebasan mereka dirampas. Namun saudaraku ternyata Allah yang maha pengasih bukan Allah yang membiarkan umataNya jatuh tersungkur dan tidak memiliki pengharapan lagi. Memang pada saat itu murka Allah kepada Israel datang akibat ketidak setiaannya kepada Tuhan. Bangsa Israel yang memiliki status yang istimewa di hadapan Allah, secara mudah saja melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka dan yang memberikan mereka kebebasan dan kemakmuran. Ternyata Allah itu bukan Allah yang tidak tepat janji kepada bangsaNya, terhadap apa yang pernah di janjikaNya. Disaat kesesakan itu lah Allah masih member kesempatan dan memberikan pengharapan kepada bangsa Israel dan berkata “ Sebab Biarpun Gunung-gunung Beranjak dan Bukit-bukit Bergoyang, tapi Kasih seti-Ku tidak akan Beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, Firman TUHAN, yang mengasihi engkau”
Saudara saudari yang terkasih,  konteks yang kita hadapi sekarang ini adalah gunung Sinabung mengalami erupsi yang berkepanjangan dan belum kita ketahui kapan berakhirnya. Menurut informasi gunung Sinabung sudah  selama 400 tahun tidak meletus.  Namun suasana menjadi berubah ketika tanpa kita sadari dan  tidak pernah kita pikirkan bahwa gunung yang selama ini tempat kita berteduh dan memberikan kesejukan, pada tahun 2010 meletus dan mengancam nyawa penduduk yang ada di sekitarnya. Hal ini jugalah yang memaksa kita saudara saudariku meninggalkan kampung kita masing-masing dan harus berkumpul mengungsi bersama saudara-saudari kita yang lainya. Seiring dengan berjalanya waktu ternyata harapan kita semakin lenyap ketika gunung Sinabung sampai saat ini belum berhenti mengeluarkan erupsinya, sehingga bayang-bayang ketakutan masih menghantui kita pada saat ini. Secara manusiawi saudaraku kita juga sangat terpukul ketika harta benda kita yang begitu susah payah kita mendapatkanya seperti ladang, rumah, ternah tidak dapat kita miliki bahkan tidak dapat kita lihat. Situasi demikian juga tidak hanya mengganggu psiklogi/Batin kita, namun juga Iman kepercayaan kita. Dimana pristiwa gunung Sinabung ini memunculkan banyak paradikma  yang bertentangan dengan Iman percaya kita kepada Allah sepeti pemahaman penyebab meletusnya Gunung Sinabung karena nenek moyang atau penunggu marah kepada masyarakat sekitar gunung Sinabung sehingga masyarakat sekitar melakukan ritual dan melakukan upacara yang tidak semestinya dilakukan, tetapi apakah memang setelah melakukan ritual itu gunung sinabung sudah berhenti mengeluarkan erupsi? Kita boleh melihatnya,  Saudaraku pemerintah juga tidak dapat memberikan kepastian serta pelayanan yang amburadul juga selalu membuat kita semakin putus asa dalam menjalani hidup di tempat ini. Saudara-saudariku ternyata segala yang terjadi bukan kehendak manusia, namun kehendak Tuhan. Tapi yang jelas dari khotbah kita hari ini Tuhan mau katakan kepada kita yang ada di pengungsian ini bahwa biarpun gunung Sinabung meletus dan erupsi sinabung mengganggu masyarakat Karo, Tuhan mau katakan bahwa KASIH setia TUHAN tidak akan pernah beranjak dari masyarakat Tanah Karo Simalem ini. Apakah saudara-saudara masih yakin akan janji Tuhan ini atau kita sudah tidak percaya lagi kepada Tuhan?
III.  REFLEKSI/ RENUNGAN
Saudara-saudaraku yang terkasih, seiring meletusnya gunung Sinabung, dalam kehidupan kita juga terjadi letusan-letusan yang tidak kita inginkan. Kita sudah kehilangan mata pencaharian kita, kita sudah kehilangan tanah pemberian nenek moyang kita, ekonomi kita semakin krisis, dan uang masuk tidak ada lagi. masa depan anak kita yang kuliah di luar kota terancam karena terkendala masalah biaya. Dan banyak lagi rencana yang sudah kita rancang baik-baik hilang begitu saja. Hal ini memang sesuatu yang menyakitkan yang kita rasakan. Namun dalam keadaan seperti ini, apakah Iman kita juga jatuh dan menghakimi Tuhan? atau justru  merasa Tuhan tidak berkenan lagi kepada kita? saudara-saudariku yang terkasih, Tuhan tidak pernah lari dari setiap permasalahan kita. Pemeliharaan Allah tidak pernah berakhir. Tuhan juga hadir di setiap masalah atau kesakitan yang kita alami. Namun melalui kejadian ini Tuhan mau berkarya dan mau supaya kita semakin hari semakin merendahkan diri dan berpengharapan kepada-Nya. Jangan pernah kita meninggalkan Tuhan dalam situasi demikian saudara-saudariku karena dalam (Yesaya 55:8) “sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikian Firman Tuhan, seperti tingginya langit dari bumi, demikian tingginya jalan-Ku dari jalanmu.” Itu artinya saudara-saudariku Tuhan memiliki rencana dibalik semua yang kita hadapi sekarang ini. Walaupun kita dalam situasi mengungsi kita masih dapat bersama-sama beribadah kepada Tuhan, walaupun kita tidak dapat bekerja tapi Tuhan menggerakkan hati setiap orang di dunia ini supaya berbagi kasih kepada kita semua. Disaat kita seakan tidak ada saudara yang dapat mengerti kita Tuhan memakai Gerejanya supaya senantiasa setia mendengarkan setiap keluhan hati dan memenuhi keperluan kita. Saudaraku semua ini merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Kita terkadang tidak dapat merasakan hal-hal demikian karena kita tidak dapat bersyukur kepada Tuhan. Kita selalu berontak kepada Tuhan dan kita mengatakan Tuhan tidak adil. Dan di dalam penderitan yang kita alami dalam (1 Petrus 5:7) berkata” “serahkanlah segala kekawatiranmu kepada-Nya sebab dia yang memelihara kamu”
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Yesus Kristus kita sebagai orang kristen yang mengaku percaya kepada Allah, harus juga kuat dalam penderitaan. Dan di dalam penderitaan kita juga harus mampu bersyukur kepada Tuhan. Jika kita bandingkan dengan kejadian serupa di Indonesia sungguh kita harus  bersyukur kepada Tuhan. Pristiwa gunung Merapi dan gunung Krakatau di Jawa meletus banyak menelan korban jiwa dan harta benda mereka musnah akibat lahar panas. Atau kita memalingkan mata kita kepada saudara kita yang  tinggal di Timur Tengah yang selalu dihantui oleh bom yang sewaktu-waktu dapat merengguk nyawa mereka. Hal ini dapat terjadi kapan saja. dan masih banyak lagi daerah seperti Yaman, Arab Saudi, Gaza, dan daerah konflik lainya. Dalam hal ini lah kita harus bersyukur kepada Tuhan karena kasihNya masih menyertai kita sampai saat ini.
Seorang tokoh mengatakan pandangan bahwa penderitaan adalah mendekatkan kita kepada Allah, “penderitaan adalah kesempatan yang paling baik untuk berdoa”. dan satu tokoh lagi mengatakan “menangis itu adalah rahmat, “Dengan air mata, Allah membasuh mata kita, agar kita melihat negeri yang tidak kelihatan: negeri yang tanpa air mata”
Jadi saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, yang menjadi perenungan kepada kita. Jangan pernah kita mengangap Allah itu sudah jauh dari kita dan kita mengambil kesimpulan untuk meninggalkaNya. Namun kita harus tetap percaya bahwa janji damai sejahtra akan diberikan kepada kita yang setia apabila kita tetap dalam pengharapan, seperti yang tertulis dalam (Filipi 4: 6) kita diajarkan untuk menyatakan segala hal yang ada dalam hati kita kepada Tuhan dalam doa dan Ucapan syukur maka damai sejahtera Allah yang melampaui segala Akal akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Yesus Kristus. Dan yang menjadi penguatan kepada kita kepada janji Allah yaitu mari kita buka (Bilangan 23:19) “Allah bukanlah manusia, sehingga Dia berdusta, bukan Anak manusia, sehingga Ia menyesal, Masakah Ia berfirman dan tidak melakukannya? atau berbicarra tidak menepatinya?” jadi mari tetap berpengharapan kepada Tuhan karna janji Tuhan yaitu rancangan damai sejahtra dapat kita terima pribadi lepas pribadi. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar