Nama : Jhoni Pranata Purba
Nim : 12.01.935
Ting/Jurusan : III-B/Theologia
Mata
Kuliah : Homiletika II
Dosen : Pdt.Dr. Deddy Fajar Purba
KHOTBAH KASUALISTIK KEPADA
PENGUNGSI BENCANA ALAM GUNUNG SINABUNG
NATS : YESAYA 54 : 10, 55:8
THEMA : “BIARPUN GUNUNG-GUNUNG
BERANJAK TETAPI IMANKU TAK AKAN GOYANG”
I.
PENGANTAR
Syalom ... Mejuah-juah man banta kerina...!
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, kita mengucapkan puji dan syukur
kepada Allah karna berkat kasih karunianya yang masih melimpah yang boleh kita rasakan melalui persekutuan kita pada hari ini dan
dapat memuji
dan memuliakan nama Tuhan. Bahan khotbah kita hari ini diambil dari Yesaya 54 :
10 dan Yesaya 55:8. Saya meminta kepada kita supaya membacakanya secara
bersama-sama.
II.
PENJELASAN
NATS
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Tuhan, jika kita melihat apa yang mau disampaikan kitab
(Yesaya
54:10)
bagai mana keadaan
bangsa Israel dalam
penderitan dan penuh kesesakan yang
mereka alami. Konteks yang terjadi dalam nats ini bahwa bangsa
Israel berada dalam pembuangan di Babilonia selama 40 tahun. Secara Psikologi/Batin mereka tertekan dengan kesakitan, yang melanda mereka begitu lama.
40 tahun bukan merupakan waktu yang singkat saudaraku. Mereka kehilangan harapan, dan mereka juga putus asa. Mereka ditindas, dan kebebasan mereka dirampas. Namun
saudaraku ternyata Allah yang maha pengasih bukan Allah yang membiarkan umataNya jatuh tersungkur dan tidak
memiliki pengharapan lagi. Memang pada saat itu murka Allah kepada Israel datang
akibat ketidak setiaannya
kepada Tuhan.
Bangsa Israel yang memiliki status yang istimewa di hadapan Allah, secara mudah saja melupakan Allah yang telah
menyelamatkan mereka dan yang memberikan mereka kebebasan dan kemakmuran. Ternyata Allah itu
bukan Allah yang tidak tepat janji kepada bangsaNya, terhadap apa yang pernah di janjikaNya.
Disaat kesesakan itu lah Allah masih member kesempatan dan memberikan
pengharapan kepada bangsa Israel dan berkata “ Sebab Biarpun Gunung-gunung Beranjak dan Bukit-bukit Bergoyang, tapi Kasih seti-Ku tidak akan Beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku
tidak akan bergoyang, Firman
TUHAN, yang mengasihi engkau”
Saudara saudari yang terkasih, konteks yang kita hadapi sekarang ini adalah
gunung Sinabung mengalami erupsi yang berkepanjangan dan belum kita ketahui
kapan berakhirnya.
Menurut informasi gunung Sinabung sudah
selama 400 tahun tidak meletus. Namun suasana menjadi berubah ketika tanpa
kita sadari dan tidak pernah kita pikirkan
bahwa gunung yang selama ini tempat kita berteduh dan memberikan kesejukan, pada
tahun 2010 meletus dan mengancam nyawa penduduk yang ada di sekitarnya. Hal ini
jugalah yang memaksa kita saudara saudariku meninggalkan kampung kita
masing-masing dan harus berkumpul mengungsi bersama saudara-saudari kita yang
lainya. Seiring dengan berjalanya waktu ternyata harapan kita semakin lenyap
ketika gunung Sinabung sampai saat ini belum berhenti mengeluarkan erupsinya, sehingga bayang-bayang ketakutan
masih menghantui kita pada saat ini. Secara manusiawi saudaraku kita juga sangat
terpukul ketika harta benda kita yang begitu susah payah kita mendapatkanya seperti ladang, rumah,
ternah tidak dapat kita miliki bahkan tidak dapat kita lihat. Situasi demikian juga
tidak hanya mengganggu
psiklogi/Batin
kita,
namun juga Iman kepercayaan kita. Dimana pristiwa gunung Sinabung ini
memunculkan banyak paradikma yang
bertentangan dengan Iman percaya kita kepada Allah sepeti pemahaman penyebab
meletusnya Gunung Sinabung karena nenek moyang atau penunggu marah kepada
masyarakat sekitar gunung Sinabung sehingga masyarakat sekitar melakukan ritual
dan melakukan upacara yang tidak semestinya dilakukan, tetapi apakah memang setelah melakukan ritual itu
gunung sinabung sudah berhenti mengeluarkan erupsi? Kita boleh melihatnya, Saudaraku pemerintah juga tidak dapat memberikan
kepastian serta pelayanan yang amburadul juga selalu membuat kita semakin putus
asa dalam menjalani hidup di tempat ini. Saudara-saudariku ternyata segala yang
terjadi bukan kehendak manusia,
namun kehendak Tuhan. Tapi yang jelas dari khotbah kita hari ini Tuhan mau
katakan kepada kita yang ada di pengungsian ini bahwa biarpun gunung Sinabung meletus dan erupsi sinabung
mengganggu masyarakat Karo,
Tuhan mau katakan bahwa KASIH setia TUHAN tidak akan pernah beranjak dari
masyarakat Tanah Karo Simalem ini. Apakah saudara-saudara masih yakin akan
janji Tuhan ini atau kita sudah tidak percaya lagi kepada Tuhan?
III. REFLEKSI/
RENUNGAN
Saudara-saudaraku yang terkasih, seiring
meletusnya gunung Sinabung,
dalam kehidupan kita juga terjadi letusan-letusan yang tidak kita inginkan.
Kita sudah kehilangan mata pencaharian kita, kita sudah kehilangan tanah
pemberian nenek moyang kita, ekonomi kita semakin krisis, dan uang masuk tidak ada lagi.
masa depan anak kita yang kuliah di luar kota terancam karena terkendala
masalah biaya. Dan banyak lagi rencana yang sudah kita rancang baik-baik hilang
begitu saja. Hal ini memang sesuatu yang menyakitkan yang kita rasakan. Namun dalam keadaan seperti ini,
apakah Iman kita juga jatuh dan menghakimi Tuhan? atau justru merasa Tuhan tidak berkenan lagi kepada kita?
saudara-saudariku yang terkasih,
Tuhan tidak pernah lari dari setiap permasalahan kita. Pemeliharaan Allah tidak
pernah berakhir. Tuhan juga hadir di setiap masalah atau kesakitan yang kita
alami. Namun melalui kejadian ini Tuhan mau berkarya dan mau supaya kita
semakin hari semakin merendahkan diri dan berpengharapan kepada-Nya. Jangan
pernah kita meninggalkan Tuhan dalam situasi demikian saudara-saudariku karena
dalam (Yesaya
55:8) “sebab
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikian
Firman Tuhan, seperti tingginya langit dari bumi, demikian tingginya jalan-Ku
dari jalanmu.” Itu artinya saudara-saudariku Tuhan
memiliki rencana dibalik semua yang kita hadapi sekarang ini. Walaupun kita
dalam situasi mengungsi kita masih dapat bersama-sama beribadah kepada Tuhan,
walaupun kita tidak dapat bekerja tapi Tuhan menggerakkan hati setiap orang di
dunia ini supaya berbagi kasih kepada kita semua. Disaat kita seakan tidak ada
saudara yang dapat mengerti kita Tuhan memakai Gerejanya supaya
senantiasa setia mendengarkan setiap keluhan hati dan memenuhi keperluan kita.
Saudaraku semua ini merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Kita
terkadang tidak dapat merasakan hal-hal demikian karena kita tidak dapat
bersyukur kepada Tuhan. Kita selalu berontak kepada Tuhan dan kita mengatakan
Tuhan tidak adil. Dan di dalam penderitan yang kita alami dalam (1 Petrus
5:7)
berkata” “serahkanlah segala kekawatiranmu kepada-Nya sebab dia yang memelihara
kamu”
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Yesus Kristus
kita sebagai orang kristen yang
mengaku percaya kepada Allah, harus juga kuat dalam penderitaan.
Dan di dalam penderitaan kita juga harus mampu bersyukur kepada Tuhan. Jika
kita bandingkan dengan kejadian serupa di Indonesia sungguh kita harus bersyukur kepada Tuhan. Pristiwa gunung Merapi
dan gunung Krakatau di Jawa meletus banyak menelan korban jiwa dan harta benda mereka musnah akibat lahar panas. Atau kita
memalingkan mata kita kepada saudara kita yang tinggal di Timur Tengah yang selalu dihantui
oleh bom yang sewaktu-waktu dapat merengguk nyawa mereka. Hal ini dapat terjadi kapan saja. dan
masih banyak lagi daerah seperti Yaman, Arab Saudi, Gaza, dan daerah konflik
lainya. Dalam hal ini lah kita harus bersyukur kepada Tuhan karena kasihNya masih menyertai kita sampai saat
ini.
Seorang tokoh mengatakan pandangan bahwa penderitaan
adalah mendekatkan kita kepada Allah, “penderitaan adalah kesempatan yang
paling baik untuk berdoa”. dan satu tokoh lagi mengatakan “menangis itu adalah
rahmat, “Dengan air mata, Allah membasuh mata kita, agar kita melihat negeri
yang tidak kelihatan: negeri yang tanpa air mata”
Jadi saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan
Yesus Kristus, yang menjadi perenungan kepada kita. Jangan pernah kita mengangap
Allah itu sudah jauh dari kita dan kita mengambil kesimpulan untuk meninggalkaNya. Namun kita harus tetap percaya
bahwa janji damai sejahtra akan diberikan kepada kita yang setia apabila kita tetap
dalam pengharapan, seperti yang tertulis dalam (Filipi 4: 6) kita diajarkan untuk menyatakan
segala hal yang ada dalam hati kita kepada Tuhan dalam doa dan Ucapan syukur
maka damai sejahtera Allah yang melampaui segala Akal akan memelihara hati dan
pikiranmu dalam Yesus Kristus. Dan yang menjadi penguatan kepada kita kepada
janji Allah yaitu mari kita buka (Bilangan
23:19)
“Allah
bukanlah manusia, sehingga
Dia berdusta, bukan Anak manusia, sehingga Ia menyesal, Masakah Ia berfirman
dan tidak melakukannya? atau berbicarra tidak menepatinya?”
jadi mari tetap berpengharapan kepada Tuhan karna janji Tuhan yaitu rancangan damai
sejahtra dapat kita terima pribadi lepas pribadi. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar