Kamis, 17 Maret 2016

Konseling Pastoral Clinis


Nama              : Jhoni Pranata Purba
NIM                : 12-01-935
Ting/Jur         : IV-B/ Teologi
Mata Kuiah   : Pastoral III (Clinis)
Dosen              : Pdt.  A. L. Hutasoit M.Th
Konseling Pastoral Terhadap Cimpa Yang Terpukul Karena Kematian Ibunnya
1.Cimpa adalah anak pertama dari dua bersaudara yang tinggal di dolok sanggul. Dia adalah anak yang hidup di keluarga kristen dan beragama karismatik (GKII). Dalam kehidupan berkeluarga Cimpa lebih condong dekat dengan ibunya. Dalam setiap permasalahanya dia merasa bahwa sosok seorang ibu adalah yang paling mengerti perasaanya. Hal ini juga karena 
5. Ayahnya tidak terlalu memperhatikan anaknya dan sering terlihat cekcok atau sering berantam dengan ibu Cimpa. Hal ini jugalah yang menambah perasaan tidak suka Cimpa kepada ayahnya. Namun sampai satu waktu ibu dari Cimpa meninggal dunia karena diduga  kena santet orang lain. Atas kematian ibunya ini Cimpa seakan kehilangan arah dalam kehidupanya. Hidupnya bagaikan seorang diri tanpa tujuan. Mulailah Cimpa mengenal yang 
10. namanya pergaulan bebas dan Narkoba. Cimpa memutuskan untuk pergi ke Medan. Sekitar Medan tepatnya di pasar Sambu, Cimpa sering melakukan tindakan kejahatan terhadap orang lain atau masyarakat. Ini menunjukan bahwa ia seakan melampiaskan kekecewaanya atas meninggalnya ibu tercinta. Terlibat dalam pemerasan atau penggarapan kepada warga sekitar. Dalam memuluskan aksinya setiap harinya Cimpa membawa senjata
 15 tajam dalam pinggangnya sebagai alat untuk membela diri apabila terjadi perlawanan dari korbanya. Uang hasil perbuatanya digunakan untuk membeli narkoba dan bermain perempuan. Uang baginya bukanlah hal yang berharga karena setiap malamnya dapat uang masuk dari hasil kejahatanya. Mulai saat itu cimpa tidak pernah lagi mengenal yang namanya beribadah. Dulunya ketika ibunya masi ada sang ibu sering menyuruh Cimpa pergi ke
20. gereja.Satu kejadian yang tidak terelakkan terjadi dalam kehidupan Cimpa yaitu ia terlibat dalam pergaula bebas dan akibatnya pacarnya mengandung hasil perbuatan mereka. Pacarnya meminta pertanggung jawaban dalam perbuatanya. Perempuan itu menyuruh supaya menikahinya segera mungkin karena usia kandunganya sudah berumur 4 bulan. Namun karena cinta terhadap perempuan tersebut , Cimpa mendatangi orang tua dari perempuan itu 
25. dan hendak melamarnya. Namun sayarat yang diberikan orang tua dari perempuan itu adalah Cimpa harus menyediakan uang sejumlah Rp. 35. 000.000. pada saat itu uang yang ada yang bisa diusahakan oleh Cimpa adalah sejumlah Rp 15. 000 000. Timbullah kebingungan dalam diri Cimpa bagaimana dia dapat mengupayakan uang itu supaya dapat terpenuhi. Pikiran Cimpa kacau dan tidak lagi dapat berpikir dan seakan semua jalan buntu.
 30. Pada suatu hari Cimpa keluar rumah dan pergi kesuatu tempat di sekitar Medan. Namuun dalam perjalanan pulang ke rumah tepatnya di lampu merah. Cimpa melihat seorang rentenir yang kebetulan pada saat itu menghitung uang di depan sebuah toko. Hati Cimpa tergoda dengan uang stiker merah dan biru yang di pegang oleh rentenir itu muncullah niat jahat dari Cimpa. Kebetulan juga pada saat itu Cimpa membawa sajam (senjata tajam). Dengan tidak
 35. membuang-buang waktu Cimpa mendekati rentenir itu dan seketika itu juga menusuknya hingga terkapar di lantai. Uang dan emas yang telah berada di tanggan Cimpa segera dimasukkan ke dalam jok kereta yang dia bawa. Pada saat itu hari sudah malam. Cimpa ingin menyembunyikan mayat korbanya, dan Cimpa membawa ke dalam sebuah pos Dinas perhubungan di kawasan Amplas. Namun ketika Cimpa menarik mayat korbanya ada yang
 40. melihat aksinya dan meneriaki dia maling. Pada saat itu Cimpa melarikan diri. Namun ternyata yang meneriaki tersebut kenal jelas dengan Cimpa. Namun kejadian tidak bisa dielakkan maka Cimpa dijemput polisi ke rumah dengan paksa. Pengadilan menjadi penentu kehidupan Cimpa, dan dijatuhi 9 tahun penjara. Dalam menjalani kehidupanya di lembaga permasyarakatan (penjara). Cimpa pernah mencoba bunuh diri dengan minum baigon (obat 
45. nyamuk) dan segera itu dia tidur dengan harapan setelah dia bangun dia akan mati. Ternyata usaha itu terjadi dan ini merupakan suatu yang sangat mengherankan bagi Cimpa dan ia mengatakan bahwa ini merupakan mujijat yang diberikan Tuhan kepadanya. Cimpa merasa sangat menyesal yang dalam dan ingin memulihkan keadaanya. Dia mau bangkit dan dapat menerima kematian ibunya dan dapat menyayangi orang tuanya yaitu ayahnya.
50. Dia mengenang bahwa ia pernah berkelahi sampai bertumbuk dengan ayahnya.Jika ditanya Cimpa sangat mengharapkan dia bisa jumpa dengan ayahnya dan berdamai dengan adeknya. Cimpa sangat mengharapkan ayahnya juga memaafkan kesalahanya dan mau menerimanya lagi. Cimpa juga berharap kedepan dapat menjadi anak yang baik. Dan dia juga mau menanggung jawapi anak yang telah lahir akibat perbuatanya. Cimpa menangis
55. menyesal dengan perbuatanya. Cimpa tidak pernah dikunjungi oleh ayahnya dan adiknya. Cimpa juga tidak pernah mendapatkan belanja di penjara. Dia hanya makan jatah yang telah ditetapkan di lapas. Namun dia sangat butuh Tuhan dalam menjalani proses pertobatanya. Ejekan demi ejekan diterima Cimpa sepanjang hari di lapas dengan panggilan “ Hai pembunuh”. Cimpa sangat tertekan, malu, menyesal dan mau tobat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar