Nama : Jhoni Pranata Purba
NIM :
12-01-935
Ting/Jur : IV-B/ Teologi
Mata Kuiah : Pastoral III (Clinis)
Dosen : Pdt. A. L. Hutasoit M.Th
Konseling Pastoral Terhadap Cimpa Yang
Terpukul Karena Kematian Ibunnya
1.Cimpa
adalah anak pertama dari dua bersaudara yang tinggal di dolok sanggul. Dia
adalah anak yang hidup di keluarga kristen dan beragama karismatik (GKII).
Dalam kehidupan berkeluarga Cimpa lebih condong dekat dengan ibunya. Dalam
setiap permasalahanya dia merasa bahwa sosok seorang ibu adalah yang paling
mengerti perasaanya. Hal ini juga karena
5.
Ayahnya tidak terlalu memperhatikan anaknya dan sering terlihat cekcok atau
sering berantam dengan ibu Cimpa. Hal ini jugalah yang menambah perasaan tidak
suka Cimpa kepada ayahnya. Namun sampai satu waktu ibu dari Cimpa meninggal
dunia karena diduga kena santet orang
lain. Atas kematian ibunya ini Cimpa seakan kehilangan arah dalam kehidupanya.
Hidupnya bagaikan seorang diri tanpa tujuan. Mulailah Cimpa mengenal yang
10. namanya pergaulan bebas dan Narkoba.
Cimpa memutuskan untuk pergi ke Medan. Sekitar Medan tepatnya di pasar Sambu,
Cimpa sering melakukan tindakan kejahatan terhadap orang lain atau masyarakat.
Ini menunjukan bahwa ia seakan melampiaskan kekecewaanya atas meninggalnya ibu
tercinta. Terlibat dalam pemerasan atau penggarapan kepada warga sekitar. Dalam
memuluskan aksinya setiap harinya Cimpa membawa senjata
15 tajam dalam pinggangnya sebagai alat untuk membela diri apabila
terjadi perlawanan dari korbanya. Uang hasil perbuatanya digunakan untuk
membeli narkoba dan bermain perempuan. Uang baginya bukanlah hal yang berharga
karena setiap malamnya dapat uang masuk dari hasil kejahatanya. Mulai saat itu
cimpa tidak pernah lagi mengenal yang namanya beribadah. Dulunya ketika ibunya
masi ada sang ibu sering menyuruh Cimpa pergi ke
20.
gereja.Satu kejadian yang tidak terelakkan terjadi dalam kehidupan Cimpa yaitu
ia terlibat dalam pergaula bebas dan akibatnya pacarnya mengandung hasil
perbuatan mereka. Pacarnya meminta pertanggung jawaban dalam perbuatanya.
Perempuan itu menyuruh supaya menikahinya segera mungkin karena usia
kandunganya sudah berumur 4 bulan. Namun karena cinta terhadap perempuan
tersebut , Cimpa mendatangi orang tua dari perempuan itu
25. dan hendak melamarnya. Namun sayarat yang diberikan orang tua dari
perempuan itu adalah Cimpa harus menyediakan uang sejumlah Rp. 35. 000.000.
pada saat itu uang yang ada yang bisa diusahakan oleh Cimpa adalah sejumlah Rp
15. 000 000. Timbullah kebingungan dalam diri Cimpa bagaimana dia dapat mengupayakan
uang itu supaya dapat terpenuhi. Pikiran Cimpa kacau dan tidak lagi dapat
berpikir dan seakan semua jalan buntu.
30.
Pada suatu hari Cimpa keluar rumah dan pergi kesuatu tempat di sekitar
Medan. Namuun dalam perjalanan pulang ke rumah tepatnya di lampu merah. Cimpa
melihat seorang rentenir yang kebetulan pada saat itu menghitung uang di depan
sebuah toko. Hati Cimpa tergoda dengan uang stiker merah dan biru yang di
pegang oleh rentenir itu muncullah niat jahat dari Cimpa. Kebetulan juga pada
saat itu Cimpa membawa sajam (senjata tajam). Dengan tidak
35. membuang-buang waktu Cimpa mendekati rentenir itu dan seketika
itu juga menusuknya hingga terkapar di lantai. Uang dan emas yang telah berada
di tanggan Cimpa segera dimasukkan ke dalam jok kereta yang dia bawa. Pada saat
itu hari sudah malam. Cimpa ingin menyembunyikan mayat korbanya, dan Cimpa
membawa ke dalam sebuah pos Dinas perhubungan di kawasan Amplas. Namun ketika
Cimpa menarik mayat korbanya ada yang
40.
melihat aksinya dan meneriaki dia maling. Pada saat itu Cimpa melarikan
diri. Namun ternyata yang meneriaki tersebut kenal jelas dengan Cimpa. Namun
kejadian tidak bisa dielakkan maka Cimpa dijemput polisi ke rumah dengan paksa.
Pengadilan menjadi penentu kehidupan Cimpa, dan dijatuhi 9 tahun penjara. Dalam
menjalani kehidupanya di lembaga permasyarakatan (penjara). Cimpa pernah
mencoba bunuh diri dengan minum baigon (obat
45. nyamuk) dan segera itu dia tidur dengan harapan setelah dia
bangun dia akan mati. Ternyata usaha itu terjadi dan ini merupakan suatu yang
sangat mengherankan bagi Cimpa dan ia mengatakan bahwa ini merupakan mujijat
yang diberikan Tuhan kepadanya. Cimpa merasa sangat menyesal yang dalam dan
ingin memulihkan keadaanya. Dia mau bangkit dan dapat menerima kematian ibunya
dan dapat menyayangi orang tuanya yaitu ayahnya.
50.
Dia mengenang bahwa ia pernah berkelahi sampai bertumbuk dengan ayahnya.Jika
ditanya Cimpa sangat mengharapkan dia bisa jumpa dengan ayahnya dan berdamai
dengan adeknya. Cimpa sangat mengharapkan ayahnya juga memaafkan kesalahanya
dan mau menerimanya lagi. Cimpa juga berharap kedepan dapat menjadi anak yang
baik. Dan dia juga mau menanggung jawapi anak yang telah lahir akibat
perbuatanya. Cimpa menangis
55. menyesal
dengan perbuatanya. Cimpa tidak pernah dikunjungi oleh ayahnya dan adiknya.
Cimpa juga tidak pernah mendapatkan belanja di penjara. Dia hanya makan jatah
yang telah ditetapkan di lapas. Namun dia sangat butuh Tuhan dalam menjalani
proses pertobatanya. Ejekan demi ejekan diterima Cimpa sepanjang hari di lapas
dengan panggilan “ Hai pembunuh”. Cimpa sangat tertekan, malu, menyesal dan mau
tobat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar